Kawasan hutan Indonesia mencapai 162 juta hektar. Lahan hutan terluas itu ada di Papua (32,36 juta hektar luasnya). Kemudian hutan Kalimantan (28,23 juta hektar), Sumatera (14,65 juta hektar), Sulawesi (8,87 juta hektar), Maluku dan Maluku Utara (4,02 juta hektar), Jawa (3,09 juta hektar), serta Bali dan Nusa Tenggara (2,7 juta hektar).
Indonesia adalah pemilik hutan hujan tropis terluas ketiga di dunia, setelah Brasil dan Kongo. Sayangnya, menurut buku Rekor Dunia Guinness, Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat kehancuran hutan tercepat di antara negara-negara yang memiliki 90 persen dari sisa hutan di dunia.
Menurut buku tersebut, Indonesia menghancurkan luas hutan yang setara dengan 300 lapangan sepak bola setiap jamnya. Forest Watch Indonesia pun mencatat kerusakan hutan di Indonesia dari tahun terus meningkat, sampai saat ini saja sudah mencapai 2 juta hektar per tahun.
Sebanyak 72 persen dari hutan asli Indonesia telah musnah. Akibatnya, luas hutan Indonesia selama 50 tahun terakhir telah berkurang dari 162 juta hektar menjadi 98 juta hektar.
Deforestasi menyebabkan hilangnya ekosistem di dalamnya, termasuk spesies tumbuhan dan hewan langka. Padahal, 80 persen keanekaragaman hayati terdapat di dalam hutan. Deforestasi juga menyebabkan berkurangnya kemampuan menyerap emisi karbon dunia yang tentunya berimbas pada meningkatnya ancaman pemanasan global.
Deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia menyangkut berbagai permasalahan yang saling terkait, termasuk perampasan dan penguasaan hutan, kebakaran hutan, peladangan berpindah, pembalakan liar, perdagangan hasil hutan ilegal, dan kemiskinan.
Sebuah pendekatan yang komprehensif dan berkesinambungan dibutuhkan untuk melestarikan hutan dan pohon-pohon, membantu mengatasi degradasi lahan dan erosi, serta mempertahankan kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia. Pendekatan ini juga mencakup perlindungan pada daerah pesisir, mengurangi laju perubahan iklim, dan menyediakan kebutuhan dasar bagi kehidupan jutaan orang.
Ya, ya... kita memang sedang menghadapi tantangan yang luar biasa untuk menjamin ketahanan pangan bagi populasi yang meningkat dengan cepat, sambil tetap mengelola kekayaan sumber daya alam untuk generasi mendatang.
Kabarnya, FAO telah mengembangkan sebuah pendekatan yang disebut Climate Smart Agriculture, Forestry, and Fisheries (Pemberdayaan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang Bijak). Pendekatan ini menggabungkan upaya peningkatan produktivitas dengan mengadaptasi perubahan iklim dan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Hutan adalah juga masa depan kita. Sebab, di sana terdapat sumber kehidupan berupa makanan, air, dan udara bersih. Rusaknya hutan adalah juga rusaknya kehidupan.
Mumpung kita masih memiliki hutan, sehingga setidaknya kita masih bisa memperingati Hari Hutan. Mumpung hutan masih mudah kita jumpai dan belum menjelma kenangan, mengapa tidak kita tanami masa depan kita dengan pepohonan? Selamat Hari Hutan.
@JodhiY
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.