Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pada Akhirnya Tim Sembilan Dipakai untuk Bersihkan 'Debu' di Wajah Jokowi"

Kompas.com - 05/03/2015, 11:35 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras), Haris Azhar, menduga, pimpinan sementara KPK Taufiequrachman Ruki membawa misi tertentu. Menurut dia, keberadaan Ruki di KPK merupakan bagian dari skema penghancuran KPK.

"Ruki, menurut saya, bagian dari skema merusak KPK dari dalam," ujar Haris saat dihubungi, Kamis (5/3/2015).

Gejala penghancuran KPK, kata Haris, sudah mulai terlihat sejak Presiden Joko Widodo mengabaikan rekomendasi tim sembilan untuk menyelamatkan KPK. (Baca: Jimly Sebut Tidak 100 Persen Rekomendasi Tim 9 Diikuti Presiden Jokowi)

Bukannya menghentikan kriminalisasi terhadap dua pimpinan KPK Abraham Samad dan Bambang Widjojanto, kata dia, Jokowi malah menonaktifkan mereka dan menggantikannya dengan pimpinan sementara. (Baca: Badrodin Bantah Polri Mengkriminalisasi KPK)

"Justru saya lihat pada akhirnya Tim Sembilan dipakai untuk membersihkan 'debu' di wajah Jokowi," kata Haris.

Terlebih lagi, kata Haris, Jokowi menunjuk Ruki yang kemudian menjadi ketua sementara, menggantikan posisi Abraham. Ia menyinggung latar belakang Ruki sebagai polisi sehingga diduga ada konflik kepentingan di balik keputusan KPK melimpahkan penanganan kasus Komjen Budi Gunawan ke kejaksaan.

"Skema digunakan, dan orang-orang diganti untuk menghentikan kerja KPK. Itu terbukti begitu Ruki masuk, malah berkoordinasi dengan polisi dan kejaksaan yang notabene tidak punya komitmen pemberantasan korupsi," ujar dia.

Selain Ruki, pimpinan sementara yang ditunjuk Jokowi adalah Indriyanto Seno Adji dan Johan Budi. Menurut Haris, Ruki seperti memiliki kendali tinggi atas putusan kolektif kolegial pimpinan KPK.

"Ruki kayaknya bikin manuver sendiri, kan punya kekuasaan. Saya khawatir ada abuse of power untuk memaksa sejumlah hal dalam melemahkan KPK," kata Haris.

Meskipun Johan yang sebelumnya menjabat sebagai Deputi Pencegahan KPK juga ditempatkan sebagai pimpinan sementara, Haris menilai posisi Johan seperti tenggelam oleh kuasa Ruki. Bahkan, Haris menduga Jokowi menunjuk Johan hanya sebagai syarat karena sosoknya yang dipercaya masyarakat.

"Johan Budi sebagai bargaining saja ke masyarakat, sebagai orang yang masih dipercaya masyarakat, tetapi kan tetap saja bukan ketua," kata Haris.

Ruki sebelumnya berang karena dituding ingin melemahkan KPK. Ia menekankan, sebagai orang yang ada di KPK sejak pertama berdiri, tudingan itu tak berdasar dan tak masuk akal.

"Taufiq itu yang mendirikan KPK, wajar gak kalau saya matiin KPK? Enggak mungkin, dong. Pakai akal sehatlah!" kata Ruki beberapa waktu lalu.

Mantan perwira tinggi Polri berpangkat inspektur jenderal itu mengatakan, kehadirannya di KPK untuk menyelamatkan lembaga itu. (Baca: Ruki: Wajar Enggak kalau Saya Matikan KPK? Pakai Akal Sehat!)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama Seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama Seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Nasional
Wapres Sebut Target Penurunan 'Stunting' Akan Dievaluasi

Wapres Sebut Target Penurunan "Stunting" Akan Dievaluasi

Nasional
Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Nasional
Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Nasional
Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Nasional
Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Nasional
Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Nasional
Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Nasional
Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Nasional
Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Nasional
Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com