Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pers dan Penyaringan Berita

Kompas.com - 09/02/2015, 15:10 WIB


JAKARTA, KOMPAS
- Pemberitaan di media kini berlimpah, aktor yang berperan di baliknya pun beragam. Namun, tidak semua informasi yang diberitakan merupakan kebenaran tanpa ditutupi atau dimanipulasi. Proses penyaringan informasi dalam pemberitaan menjadi krusial.

Surat kabar, televisi, dan situs berita online adalah sumber informasi utama bagi hampir seluruh (94,4 persen responden) publik di 12 kota besar Indonesia. Ketiga bentuk media massa itu termasuk dalam media konvensional, tempat pencarian dan penyajian berita menjadi hak dan kewajiban eksklusif para profesional, yaitu wartawan, jurnalis, atau reporter. Popularitas media konvensional ini merupakan anak kandung dari kredibilitasnya.

Pemberitaan di surat kabar, misalnya, dipercaya sebagai informasi yang benar oleh lebih dari separuh responden. Alasan memercayai kredibilitas surat kabar bagi separuh bagian responden adalah adanya keyakinan bahwa kebenaran berita telah diverifikasi sebelum dicetak. Surat kabar cetak juga dihargai karena dianggap memiliki konten yang mendidik dan mendukung kerukunan masyarakat. Namun, juga ada kekhawatiran publik terkait munculnya berita cetak yang telah "dimainkan" sebelumnya.

Televisi juga dipercaya telah menampilkan informasi yang sebenarnya bagi lebih dari setengah responden. Ini adalah buah dari kemampuan televisi menampilkan video kejadian secara langsung yang dinilai vital bagi 60,3 persen responden. Namun, satu dari dua responden menilai, tidak semua pemberitaan televisi mendidik masyarakat. Bahkan, menurut separuh responden, televisi kadang kala menampilkan berita sensasional yang memancing emosi masyarakat supaya banyak ditonton.

Sementara itu, situs berita online mampu menampilkan pemberitaan dalam bentuk teks, foto, dan video secara cepat. Pembaca pun bisa menanggapi dan berdiskusi mengenai pemberitaan dengan menulis di kolom komentar. Namun, situs berita online tidak dianggap kredibel oleh sepertiga responden. Tuntutan kecepatan menyebabkan verifikasi kebenaran berita online menjadi kurang. Tak jarang, situs berita online juga menampilkan berita yang menghebohkan untuk menambah jumlah pengunjung situs.

Media sosial

Berbeda dengan jagat media konvensional yang menjadi kawasan eksklusif wartawan, media sosial merupakan sarana bagi masyarakat umum untuk berpartisipasi dalam pemberitaan. Pengguna media sosial bisa menyebarkan, mengomentari, dan mendiskusikan berita-berita dari media konvensional. Berita juga bisa disusun sendiri oleh masyarakat dengan membuat tulisan, foto, atau video yang melaporkan suatu kejadian dan menyebarkannya lewat media sosial. Media sosial hanyalah sarana yang dinamika dan dampaknya sangat bergantung pada aktivitas penggunanya.

Kebebasan merupakan pencarian utama para pengguna media sosial, menurut Don Tapscott dalam buku Grown Up Digital. Media sosial telah jadi wadah berkumpul dan berpendapat yang bebas. Semakin kecil halangan penyebaran informasi, semakin banyak orang bisa ikut serta memengaruhi dinamika isu. Misalnya, para peminat media sosial cukup mengetik petisi online untuk mengangkat suatu isu hingga diberitakan di media konvensional.

Namun, kebebasan adalah pedang bermata dua. Ketika akses untuk membuat pemberitaan menjadi milik orang banyak, kontrol terhadap kebenaran informasi jadi menurun. Kredibilitas informasi yang disebarkan melalui media sosial diragukan lebih dari separuh responden. Ini karena, menurut responden, sumber dan proses pencarian informasi yang disebar melalui media sosial sering tidak jelas.

Tanpa imbalan materi, popularitas saja ternyata cukup menggiurkan pribadi-pribadi di balik aktivitas media sosial. Bagi setengah responden, pencarian ketenaran di media sosial sering berujung pada lembah dusta dan sensasi. Akibatnya, pemberitaan di media sosial dianggap paling tak mendidik dan berpotensi memecah belah masyarakat. Di antara berlimpahnya informasi di media sosial, pengguna harus jeli mencari "satu jarum informasi di antara tumpukan jerami tak berguna dan bunga-bunga yang wanginya membuat terlena".

Sang pengayak

Di antara derasnya pemberitaan, konten berita harus diayak guna menyembuhkan media dari penyakitnya, yaitu penyebaran informasi palsu atau remeh. Tidak semua media konvensional memiliki integritas dan kualifikasi yang sama untuk memenuhi hal itu, apalagi pengguna media sosial. Penyaringan informasi pemberitaan yang beredar massal tak hanya tertumpu pada pekerja media, tetapi juga pemerintah dan masyarakat.

Pemerintah memiliki kekuasaan untuk meregulasi media melalui perundangan dan kebijakan. Namun, kini tugas pemerintah sesungguhnya adalah membersihkan kebijakannya dari kontaminasi kepentingan oknum politisi atau pemilik modal. Bagi sebagian besar responden, media bisa dikendalikan oleh oknum politisi (62,4 persen) dan pemilik modal (76,1 persen) daripada regulasi pemerintah (52 persen). Bahkan, menurut separuh bagian responden, isu yang selama ini dikira mengalir bebas di media sosial bisa "dipesan" oleh pihak penguasa politik atau pemilik modal melalui jasa ahli teknologi informasi.

Masyarakat sebagai konsumen media juga berperan dalam menjernihkan arus informasi berita. Pemasukan industri media bergantung pada jumlah konsumennya. Akibatnya, mau tak mau media kadang harus mengikuti selera pasar. Hal ini disetujui 74,7 persen responden bahwa pemberitaan media masih terseret arus isu yang sedang populer tanpa memerhatikan apa yang penting diketahui masyarakat.

Media sosial bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengkritisi pemberitaan media konvensional. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Sebanyak 55,9 persen responden menilai, dinamika isu di media sosial hanya merupakan suara beo media konvensional. Jadi, masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dalam memilih informasi yang penting sehingga pemberitaan menjadi lebih sehat.

Kebenaran dan signifikansi informasi di media massa merupakan komoditas yang harus diayak dengan teliti. Pengayak tidak boleh terlalu rapat sehingga kebenaran tak terungkap. Pengayak juga tak boleh terlalu renggang sehingga informasi yang esensial tertutupi oleh informasi trivial. Satu lagi yang perlu diingat, pengayak berfungsi menyaring, bukan mengubah terigu menjadi gandum. (AYU SIANTORO/Litbang Kompas) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Nasional
Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Nasional
KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

Nasional
Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Nasional
PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

Nasional
Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Nasional
Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Nasional
KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Pasca-Putusan MK, Zulhas Ajak Semua Pihak Bersatu Wujudkan Indonesia jadi Negara Maju

Pasca-Putusan MK, Zulhas Ajak Semua Pihak Bersatu Wujudkan Indonesia jadi Negara Maju

Nasional
Temui Prabowo di Kertanegara, Waketum Nasdem: Silaturahmi, Tak Ada Pembicaraan Politik

Temui Prabowo di Kertanegara, Waketum Nasdem: Silaturahmi, Tak Ada Pembicaraan Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com