Kebiasaan ini juga masih dilakukannya pada awal pemerintahannya. Bahkan, sejumlah menteri Kabinet Kerja juga melakukan hal yang sama. Kegemaran blusukan Jokowi dan para menterinya pun menjadi sorotan parlemen.
Komisi V DPR meminta pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla segera menyusun rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019 dan rencana strategis kementerian dan lembaga, sebagai landasan hukum kerja pemerintah.
"Salah satu yang mengemuka dalam rapat internal Komisi V hari ini adalah soal aksi blusukan
Presiden dan menterinya. Sebaiknya, mereka tidak menghabiskan waktu dengan pekerjaan
yang sporadis seperti itu," kata Wakil Ketua Komisi V DPR Yudi Widia Adiana, Kamis (6/11/2014).
"Untuk langkah awal, sebaiknya mereka segera menyusun RPJMN dan Renstra K/L yang memang sudah menjadi kewajiban mereka sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional," lanjut Yudi.
Menurut Yudi, sejak dilantik pada 20 Oktober, Jokowi dan kabinetnya belum menyampaikan visi dan misinya.
"Yang sering muncul justru aksi blusukan-nya," kata Yudi.
"Kita juga tidak tahu mereka pakai dana dari mana untuk kegiatan-kegiatan itu, termasuk peluncuran kartu 'trisakti' Presiden Jokowi itu," ujarnya.
Padahal, kata Yudi, pengalihan anggaran oleh pemerintah butuh pembahasan bersama dengan DPR.
"Manfaatkan waktu yang ada sebaik-baiknya untuk menyusun rencana strategis yang berisi
program-program pro-rakyat. Kurangi dulu blusukan saat ini. Fokus saja pada perumusan
rencana strategis pemerintah," kata Yudi.
Menurut Fahri, jika blusukan dijadikan cara untuk membaca kondisi lapangan, dia setuju. Namun, kata dia, persoalan tak hanya ada di lapangan, tetapi juga di tataran aturan perundang-undangan.
"Jadi, jangan melihat masalah hanya di lapangan. Ingat, ada regulasi yang harus diselesaikan supaya masalah di lapangan itu tidak terulang," ujar Fahri, yang juga menjabat Wakil DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (7/11/2014).
Fahri mencontohkan blusukan Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri di salah satu tempat penampungan tenaga kerja Indonesia beberapa hari sebelumnya. Menurut Fahri, seharusnya aksi Hanif diiringi dengan penilaian apakah aturan soal tempat penampungan TKI itu sudah benar atau belum.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.