Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Momentum Nahdlatul Ulama

Kompas.com - 28/01/2015, 13:51 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia, peran Nahdlatul Ulama dalam mengawal perubahan bangsa Indonesia tidak bisa ditampik. Selain besar, NU juga sudah berusia matang karena berdiri sejak 31 Januari 1926. Tidak heran jika NU memiliki basis massa lebih dari 30 juta. Anggota, pendukung, ataupun yang sepaham dengan ajaran NU paling banyak ada di Pulau Jawa, sementara lainnya tersebar di Pulau Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera.

Sesuai dengan karakteristiknya, warga Nahdliyin berasal dari masyarakat pedesaan yang berprofesi sebagai petani. Baru pada dekade ini terjadi perubahan besar bahwa banyak warga Nahdliyin yang masuk ke dunia industri di perkotaan bahkan sampai ke kancah internasional. Keterbukaan informasi juga membuat terpaan ilmu pengetahuan semakin mudah didapat. Sehingga, sudah selayaknya para warga NU keluar dari desa untuk menghadapi persaingan global tanpa perlu menciptakan rembesan tentang ajaran-ajaran keislamannya, prinsip pluralisme, dan karakteristiknya yang toleran.

Pemerhati kebangsaan, Yudi Latif mengatakan, sudah waktunya kini bagi NU untuk berperan lebih besar dalam perjalanan bangsa ke depan. Sesuai dengan filosofinya, NU memiliki tugas mengawal perubahan sehingga bangsa Indonesia tidak jauh tertinggal dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Ia menyebut peluang NU untuk tampil dan beraksi nyata kini terbuka lebar. Terlebih, beberapa putra-putri terbaik NU masuk dalam Kabinet Kerja yang dipimpin Presiden Joko Widodo. Sebut saja Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansah, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Marwan Jafar, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, serta Menteri Pemuda dan Olahraga.

"Ini kesempatan NU, mumpung ada di pemerintahan. Betul-betul laksanakan politik pembangunan di pedesaan, pertanian, itu penting," kata Yudi, dalam sebuah diskusi yang digelar Harian Kompas, Selasa (27/1/2015).

Hasil penelitian yang dikutip dari Pengurus Pusat Muslimat NU diketahui bahwa massa terbesar NU berasal di daerah-daerah yang tinggi angka kemiskinannya. Jika ditelisik lebih dalam, massa NU paling besar ada di Jawa Timur dan mayoritasnya adalah warga miskin atau rentan miskin. "NU ini sebagai jembatan untuk mengentaskan kemiskikan mereka," kata Sekretaris Jenderal Pengurus Besar NU Marsudi Suhud.

Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi, menuturkan, potensi NU yang besar dalam mengawal dan berperan dalam perubahan harus dijadikan modal utama. Ia yakin, dengan manajemen yang baik, NU dapat menegaskan kekuatannya sebagao ormas besar yang juga berperan nyata dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

"Kalau ada ketimpangan di desa dan di kota, itu semua bisa dituntaskan kalau NU bergerak efektif. Masak dari puluhan juta orang NU enggak ada yang bisa kayak Bob Sadino?" ungkap Kristiadi.

Mantan Ketua Umum Pengurus Besar NU, Hasyim Muzadi, sependapat bahwa NU harus menegaskan perannya dalam pembangunan nasional. Menurut Hasyim, NU kini tidak kekurangan sumber daya manusia yang berdaya saing. Ia menegaskan, sejak awal berdiri sampai menjelang harlah ke-89 tahun, NU bertekad memangkas jurang ketertinggalan masyarakat pedesaan yang umumnya berprofesi sebagai petani. Hasyim yakin, peran NU dalam pembangunan nasional akan semakin terasa dalam beberapa waktu ke depan.

"NU tidak kekurangan SDM, surplus. Tapi pengelolaan dan pelatihannya sekarang harus dicari tempat yang pas. Kalau mau, kita pasti bisa, orangnya ada, mulai dari yang punya uang maupun aktivis," pungkas Hasyim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Muhaimin Bilang Anies Belum Punya Niat Kembali Berkontestasi di Pilkada 2024

Muhaimin Bilang Anies Belum Punya Niat Kembali Berkontestasi di Pilkada 2024

Nasional
PKB Buka Pendaftaran untuk Pilkada 2024, Selain Kader Juga Bisa Daftar

PKB Buka Pendaftaran untuk Pilkada 2024, Selain Kader Juga Bisa Daftar

Nasional
Menjelang Putusan Sengketa Pilpres di MK, Kubu Ganjar-Mahfud Harap Tak Berakhir Antiklimaks

Menjelang Putusan Sengketa Pilpres di MK, Kubu Ganjar-Mahfud Harap Tak Berakhir Antiklimaks

Nasional
Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Nasional
MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

Nasional
Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Nasional
Dana Zizwaf Selama Ramadhan 2024 Meningkat, Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat

Dana Zizwaf Selama Ramadhan 2024 Meningkat, Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat

Nasional
MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

Nasional
Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com