Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/01/2015, 08:15 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Langkah Komisaris Jenderal Budi menuju kursi Kepala Kepolisian RI bisa dibilang mulus. Suara penolakan yang gencar disuarakan dalam sepekan terakhir tak menjadi ganjalan. Bahkan, status tersangka yang disematkan Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian itu tak memengaruhi pencalonannya. Budi diajukan Presiden Joko Widodo sebagai calon tunggal Kapolri.

Pencalonan Budi mendapatkan tentangan dari sejumlah elemen masyarakat. Arus publik menolaknya. Budi dianggap tak layak menjadi Kapolri karena namanya disebut-sebut sebagai salah satu jenderal pemilik rekening tak wajar. Dugaan itu diperkuat dengan penetapan tersangka oleh KPK. Budi diduga menerima suap dan gratifikasi selama menjabat sebagai Kepala Biro Pembinaan Karier Deputi Sumber Daya Manusia Polri periode 2003-2006 dan jabatan lainnya di kepolisian. (Baca: Kalau Ngotot Angkat Budi Gunawan, Jokowi Sudah Batal Wudu)

Proses uji kelayakan dan kepatutannya di parlemen pun bak melewati jalan tol. Tanpa hambatan. Mengapa Komisi III, para wakil rakyat yang mengujinya tak satu suara dengan rakyat yang diwakilinya? Mayoritas fraksi, kecuali Demokrat, menyanjungnya. Secara aklamasi, Komisi III menyatakan menyetujui Budi sebagai Kapolri. 

Kompas.com/SABRINA ASRIL Anggota DPR asal Fraksi Partai Golkar Bambang Soesatyo.
"Karena yang meminta Budi Gunawan sebagai Kapolri disetujui DPR adalah Jokowi. Presiden Jokowi adalah presiden pilihan rakyat, maka tidak ada cara lain bagi DPR kecuali mengikuti kehendak pemimpin rakyat itu," kata anggota Komisi III Bambang Soesatyo, Kamis (15/1/2015) malam.

Pernyataan Bambang mungkin sindiran. Koalisi Indonesia Hebat mendukung Budi Gunawan karena posisinya sebagai partai pendukung pemerintah. Sementara, Koalisi Merah Putih memberikan dukungan karena ingin mengembalikan 'bola panas' yang dilempar Jokowi ke Senayan.

Terserah Jokowi

Bendahara Umum Partai Golkar itu mengatakan, sejak awal, KMP telah mengendus adanya ketidakberesan di balik keputusan Jokowi mengajukan Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri. Menurut Bambang, tidak ada langkah terbaik bagi DPR selain segera memberikan persetujuan dan mengembalikan "bola panas" pencalonan Budi Gunawan ke Istana. (Baca: Istana Minta Relawan Pahami Posisi Sulit Presiden Jokowi)

"Kami tidak mau buang-buang energi untuk berdebat soal hukum, moral, etika dan kepatutan dari bola panas calon Kapolri yang dilempar Istana ke Senayan. Makanya cepat-cepat kami setujui dan kembalikan bola panas itu ke pelemparnya," kata Bambang.

"Selanjutnya, terserah Presiden mau diapakan. Mau dilantik teserah, pasti dimaki-maki KPK dan pendukungnya. Atau membatalkan pelantikan Budi Gunawan, pasti akan berhadapan dengan PDI-P dan pendukungnya," lanjut Bambang.

Secara terpisah, politisi Partai Gerindra Desmond J Mahesa mengatakan, pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapolri ibarat sebuah permainan yang tidak menguntungkan untuk Jokowi. Ia yakin, kini Jokowi tengah dihadapkan pada kondisi dilematis karena terancam memanen protes publik jika melantik dan akan berhadapan dengan kemarahan DPR serta partai pendukungnya jika membatalkan pelantikan Budi Gunawan sebagai Kapolri.

"Ini game, biar Jokowi yang menentukan. Dia (Jokowi) lantik dia (Budi), maka akan berhadapan dengan KPK. Kalau dia tidak lantik, maka kami akan galang interpelasi," kata Desmond, yang juga menjabat Wakil Ketua Komisi III DPR.

Menurut Desmond, Jokowi sebenarnya mengetahui bahwa Budi Gunawan itu bermasalah. Namun, kata dia, Jokowi tetap memaksakan diri dengan alasan tertentu dan mengirimkan nama Budi Gunawan ke DPR sebagai calon tunggal Kapolri.

"Kenapa dia (Jokowi) kasih 'barang busuk' dan mempermalukan DPR? Kalau tidak lantik, Jokowi akan mempermalukan DPR," ujar Desmond.

Posisi sulit Jokowi

Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Ahmad Basarah mengatakan, Presiden Jokowi berada di posisi sulit karena besarnya penolakan publik terhadap Budi Gunawan. Ia berharap Jokowi dapat mengambil keputusan terbaik dan tidak merugikan pihak atau lembaga mana pun. (Baca: KPK Didesak Ungkap Para Oknum dalam Pusaran Kasus Budi Gunawan)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

Nasional
Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Nasional
Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Nasional
Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Nasional
TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

Nasional
Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Nasional
Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Nasional
Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Nasional
Mardiono Sebut Ada Ajakan Informal dari PAN dan Golkar Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran

Mardiono Sebut Ada Ajakan Informal dari PAN dan Golkar Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Jokowi Bertemu Bos Apple di Istana Besok Pagi, Akan Bahas Investasi

Jokowi Bertemu Bos Apple di Istana Besok Pagi, Akan Bahas Investasi

Nasional
Otto Hasibuan Sebut Kubu Anies dan Ganjar Tak Mau Tahu dengan Hukum Acara MK

Otto Hasibuan Sebut Kubu Anies dan Ganjar Tak Mau Tahu dengan Hukum Acara MK

Nasional
Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Nasional
Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Nasional
Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com