Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/01/2015, 08:56 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


SURABAYA, KOMPAS.com — Pengamat penerbangan Gerry Soejatman menilai, langkah Menteri Perhubungan Ignasius Jonan membenahi manajemen perhubungan udara pasca-jatuhnya AirAsia QZ8501 seperti orang kebakaran jenggot. Setelah diselidiki, diketahui bahwa rute Surabaya-Singapura yang ditempuh QZ8501 tanpa izin.

Gerry menilai, langkah Jonan yang terburu-buru itu antara lain pembekuan izin terbang AirAsia pada hari Minggu rute Surabaya-Singapura. Kedua, melarang sejumlah rute penerbangan di Bandara Juanda tanpa alasan yang detail. Ketiga, kata dia, memutasi sejumlah pejabat terkait dengan pemberian izin terbang.

"Ini kan awalnya kesalahan di pengawasan. Ke mana saja pemerintah selama ini? Harusnya pemerintah menangkap itu sejak awal," ujar Gerry kepada Kompas.com, Jumat (9/1/2015).

"Kalau misalnya kegagalannya ada di sektor pengawasan, apa wajar rute suatu maskapai itu dibekukan? Ini kesannya Jonan seperti kebakaran jenggot. Karena ada kecelakaan, ingin terlihat buru-buru memperbaiki," lanjut Gerry.

Gerry berpendapat, seharusnya pemerintah tidak perlu membekukan izin rute penerbangan AirAsia. Sebab, menurut dia, hal itu tidak adil. Sementara satu rute AirAsia dibekukan, rute maskapai penerbangan lain yang juga tidak berizin hanya dilarang untuk terbang.

"Seharusnya bahasanya sama dong, dibekukan juga. Kenapa yang satu dibekukan, lalu yang lainnya hanya disebut dilarang terbang tanpa penjelasan yang detail," ujar dia.

Gerry juga mengkritik langkah Jonan memutasi sejumlah pejabat terkait pemberian izin terbang. Pertanyaannya, kata dia, apakah mereka sudah diberikan kesempatan untuk membela diri soal izin terbang tersebut? Menurut Gerry, langkah itu menunjukkan seakan-akan kesalahan ditumpahkan kepada jajaran di bawahnya.

"Ini kebakaran jenggot yang kedua, atau itu jangan-jangan upaya pembersihan? Kalau memang itu, harusnya melalui prosedur yang jelas dan terbuka sehingga publik tahu, dia itu benar-benar salah," ujar Gerry.

Lebih jauh, Gerry berharap, kecelakaan AirAsia benar-benar dijadikan momentum perbaikan manajemen transportasi udara di Indonesia.

Kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501, Minggu (28/12/2014), dinilai membuka kebobrokan manajemen penerbangan di Indonesia. Informasi yang didapatkan Kompas.com, AirAsia mulai terbang pada hari Minggu sejak akhir bulan Oktober 2014. Otoritas bandara dan Air Navigation mengetahui aktivitas itu, tetapi tak ada penindakan atas hal tersebut.

Polri pun menelusuri dugaan pelanggaran Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dari sejumlah pihak terkait.

 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com