KOMPAS.com - Misi pencarian korban dan pesawat AirAsia QZ 8501 menjadi bukti, negara-negara sahabat mampu menanggalkan beban historis dan ego kebangsaan. Bergandeng tangan, mereka bekerja bersama melakukan pencarian dan evakuasi, mengatasi keletihan, hingga berbincang hangat.
Komandan Divisi Ke-6 Pengawalan Pasukan Bela Diri Maritim Jepang (JMSDF) Kapten Tsutomu Okawa tersenyum saat ditanyakan kondisi awak kapalnya. "Sebelum ke Indonesia, kami beroperasi di perairan Somalia menangani bajak laut empat bulan. Awak kapal tentu lelah," katanya.
Namun, serdadu Jepang bersungguh-sungguh mencari korban dan pesawat AirAsia QZ 8501. Jepang mengerahkan dua kapal perang tipe perusak (destroyer), yakni JS Takanami dan JS Ohnami. Di kapal JS Ohnami yang sedang berlayar di Laut Jawa, Rabu (7/1), prajurit Jepang terlihat bekerja dengan serius.
Awak JS Ohnami terus mengamati laut untuk mencari jenazah atau bagian pesawat. Di anjungan kapal, tiga awak yang memegang teropong hampir tak pernah melepaskan alat itu.
Di ruang pengendalian, mata para awak terpaku melihat layar-layar monitor. Awak JS Ohnami sejauh ini telah menemukan satu jenazah, Selasa (6/1), dan satu jaket, Minggu (4/1). Dalam melakukan pencarian, armada Jepang dilengkapi tiga helikopter Seahawk.
Batas waktu melakukan pencarian belum ditetapkan. Lama pencarian tergantung dari hasil pembicaraan Pemerintah Jepang dengan Indonesia. "Untuk melepaskan stres, kami makan makanan enak, berolahraga, dan meregangkan otot," tutur Okawa tertawa.
Itu belum termasuk cuaca buruk yang kerap membayangi kru Jepang. Hambatan itu antara lain angin serta arus kencang, gelombang tinggi, dan hujan deras. "Jarak pandang yang sangat penting bisa berkurang kalau hujan turun. Angin kencang bisa tiba-tiba berembus," ujarnya.
Kapal JS Takanami dan JS Ohnami yang masing-masing berarti ombak tinggi dan ombak besar adalah kapal dengan fungsi menangkal serangan kapal selam. Gelombang tinggi tak menjadi masalah.
"Kami bekerja keras bersama Indonesia dengan erat. Kapal-kapal Jepang saling kontak dengan Basarnas (Badan SAR Nasional)," ujar Okawa.
Koordinasi dengan negara-negara lain pun dilakukan tanpa kendala berarti. Kontak dilakukan melalui radio.
"Kalau ada hambatan, paling sewaktu menggunakan bahasa Inggris. Tetapi, di Jakarta ada staf penghubung yang menangani hal-hal seperti itu," ujarnya.
Dalam operasi kemanusiaan mencari korban dan pesawat AirAsia yang jatuh di perairan Laut Jawa itu, Rusia mengirimkan Beriev 200 CS (Crezvycainnaya Situatsiya) yang dirancang khusus untuk tanggap darurat.
Pesawat itu tiba di Indonesia sejak Jumat (2/1) di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, dan langsung menjalankan misi pencarian AirAsia.
Saat terbang dengan pesawat tersebut dari Pangkalan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Senin (5/1), Komandan Misi Emercom Pemerintah Federal Rusia (Badan Tanggap Darurat Rusia) sekaligus Wakil Menteri SAR Rusia Mayor Jenderal Eduard Chizhykov mempersilakan wartawan melihat kamera pengintai di bagian port (kiri) sayap pesawat.
"Kamera menggunakan inframerah, pemindai termal, sehingga bisa memantau suhu tubuh manusia dan penanda koordinat benda yang terpantau. Sepanjang hari ini sudah 50 lebih obyek yang terpantau dan dilaporkan ke Basarnas Indonesia untuk ditindaklanjuti," katanya.
Alexander Zimin, juru bicara Kedutaan Rusia untuk Indonesia, yang ikut dalam penerbangan menerangkan pesawat tersebut memiliki beragam fungsi. Pada kabin pesawat, misalnya, bisa dipasang kontainer untuk melakukan operasi bedah di udara. "Minimal untuk memasang alat penunjang kehidupan sampai pasien bisa mendapat perawatan lebih lanjut di darat," kata Zimin yang fasih berbahasa Indonesia.
Pernah terlibat perang
Selain Jepang dan Rusia, negara yang ikut melakukan pencarian antara lain Amerika Serikat, Tiongkok, dan Australia. Jika melihat jalinan kebersamaan negara-negara itu, sulit dibayangkan bahwa di kawasan yang sama, yakni Asia, mereka pernah terlibat dalam perang paling berdarah dalam sejarah umat manusia.
Tahun 2015, dunia akan memperingati 70 tahun berakhirnya Perang Dunia II. Lokasi pencarian AirAsia berada di Laut Jawa. Dulu, di laut yang sama, Jepang bertempur antara lain dengan Amerika Serikat dan Australia. Rusia dan Tiongkok juga bertikai dengan Jepang pada perang besar tersebut.
Kini, selama hampir dua pekan, negara-negara itu bersama Korea Selatan, Malaysia, dan Singapura bersatu padu membantu Indonesia. Di darat pun tak berbeda. Beberapa prajurit Rusia dan Amerika Serikat terlihat bersenda gurau. Sekat-sekat kebangsaan negara adikuasa runtuh berkat misi kemanusiaan. Di Pangkalan Udara Iskandar, mereka berbincang bak kawan lama.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko pun menyampaikan terima kasih atas bantuan itu.
"Personel negara-negara yang membantu pencarian AirAsia bekerja sangat keras. Kami sangat terbantu," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.