Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tukang Las Indonesia Mendunia

Kompas.com - 05/12/2014, 14:00 WIB


KOMPAS.com
- Menteri Ketenagakerjaan perlu memperhatikan ini. Sama-sama menjadi tenaga kerja di luar negeri, tukang las Indonesia ini dicari dan dihargai. Berbeda dengan buruh migran perempuan yang banyak menyimpan cerita nestapa, para tukang las pulang dalam kehormatan dan kantong penuh dollar.

Padanan dalam bahasa Indonesia memang tukang las, tetapi dalam dunia industri mereka lebih dikenal sebagai welder. Pekerjaannya mengelas berbagai infrastruktur industri, dari turbin listrik hingga kilang minyak dan pipa tambang. Inilah yang membedakan mereka dengan buruh migran lainnya. Dengan keahliannya mengelas, para welder punya posisi tawar luar biasa.

"Watak welder itu keras-keras. Kalau perusahaan ingin kami mengerjakan proyeknya, ya, ikuti cara kami. Kalau tidak cocok, silakan cari tim welder lain," kata Supriyadi menceritakan pengalamannya.

Usia 31 tahun, investasinya sudah beragam, termasuk kebun dan rumah. Selesai mengerjakan proyek di Malaysia, tahun 2011 ia berangkat ke Papua Niugini.

"Gaji saya 2.200 dollar AS sebulan, belum termasuk lembur," ujar ayah tiga anak ini. Baru bekerja delapan bulan, ia pulang karena mendapat tawaran lebih menarik di Makassar, Sulawesi Selatan.

Waktu di Papua Niugini, Supriyadi menjadi welder terbaik. ”Dia itu mengalahkan welder dari Thailand, Filipina, India, dan Kolombia,” ujar Ridwan Nawing (38), rekan satu tim.

Ihwal kualitas, Mujahiddin (37) bercerita, ketika mengerjakan proyek pembangkit listrik Paiton di Jawa Timur, beberapa tahun lalu, hasil tim welder Indonesia lebih baik daripada tim welder Jerman. Begitu diperiksa dengan sinar X, pekerjaan tim Jerman ditolak karena kurang rapat.

Tiga serangkai itu kini berupaya memajukan Ikatan Welder Bontang (IWB). Supriyadi menjadi ketua dengan Ridwan sebagai bendahara I dan Mujahiddin di divisi sumber daya manusia. Awal November lalu, mereka bersemangat cerita di sebuah warung seafood di Bontang, Kalimantan Timur, berlanjut di Wisma Tamu PT Badak LNG hingga larut malam.

Tuan rumah

IWB berawal dari keprihatinan hanya bisa menjadi penonton setiap proyek pembangunan di Bontang. "Lokasi industri memang di Bontang, tetapi para tenaga kerjanya direkrut dari Jawa," ujar Mujahiddin.

Begitu banyaknya tenaga kerja dari luar Bontang membuat tenaga kerja lokal susah mendapatkan kesempatan kerja. ”Kalaupun diterima, gaji kami yang lokal lebih rendah dan tanpa fasilitas,” ujar Mujahiddin.

Maka, pada 2003, Ahmad Yatim—kini 54 tahun—merintis pendirian IWB untuk memperbaiki posisi tawar para welder lokal. IWB juga berupaya meningkatkan keahlian anggota dengan mengajukan proposal pelatihan ke PT Badak LNG. Inilah yang berkembang menjadi sertifikasi migas bagi para welder, bekal berharga melanglang buana.

Dalam industri dikenal berbagai sertifikasi untuk welder, di antaranya Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) untuk industri geotermal, sertifikasi dinas tenaga kerja (disnaker) untuk petrokimia, dan sertifikasi migas untuk migas. Para welder wajib bersertifikat karena proyek-proyeknya berisiko tinggi.

"Welder itu memberikan garansi seumur hidup. Kalau ada tangki yang saya las 15 tahun lalu pecah, saya masih harus bertanggung jawab," papar Mujahiddin, bapak dua anak.

Dengan bantuan PT Badak LNG, para welder yang hendak mengikuti sertifikasi diseleksi. Yang memenuhi kualifikasi difasilitasi ujian sertifikasi, yang kurang mendapat pelatihan di bengkel kerja PT Badak LNG tanpa biaya.

Halaman:
Sumber hhhhhhhhhh
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com