Kita jangan lupa bahwa bangsa Indonesia berhasil mempertahankan kesatuannya melawan segala macam tantangan dan ancaman dari luar dan dari dalam— sesuatu yang di luar negeri banyak diragukan—hanya mungkin karena budayanya yang membuat kita membawa diri dengan hati-hati, tahu diri, tenggang rasa. Tak pernah mutlak-mutlakan. Suatu konfrontasi mutlak-mutlakan, apalagi atas dasar rasa kecewa, tersinggung, dan dendam, akan membawa bangsa ke kehancurannya.
Sudah waktunya diakhiri
Karena itu, perseteruan perlu diakhiri. Prabowo sendiri, Jokowi, sekian politisi yang terlibat dalam konfrontasi, sudah mengisyaratkan bahwa mereka tidak mau kehidupan bangsa terkunci dalam kebencian dan rasa dendam.
Kalau KMP mau membangun hubungan politik normal dengan KIH, itu tidak berarti bahwa KMP tidak boleh beroposisi. Tetapi, oposisi harus benar, harus sesuai dengan sila keempat Pancasila, dengan semangat ”kebijaksanaan dalam permusyawaratan”. Di negara-negara demokrasi parlementer saja—lain daripada klise tentang kediktatoran mayoritas—partai-partai pemerintah dan oposisi biasa bekerja sama secara efektif dalam komisi-komisi dan kebanyakan undang-undang akhirnya disepakati.
Kita, rakyat Indonesia, justru perlu belajar apa arti positif suatu oposisi. Oposisi Pancasilais ingin agar pemerintah berhasil, dan bukan agar ia gagal. Kalau oposisi mempunyai mayoritas dalam parlemen, tanggung jawabnya lebih berat. Oposisi tidak boleh membiarkan pemerintah gagal. Oposisi dituntut menyertai pemerintah dengan kritis. Mereka menagih janji pemerintah. Mereka membuka segenap kedok KKN, menolak populisme murahan, dan menantang agar pemerintah juga mengambil keputusan yang tidak populer.
Situasi di negara kita sebenarnya memberi banyak harapan. Sudah saatnya kelas politik kita mengakhiri perseteruan yang sebenarnya sudah mau diakhiri serta menunjukkan tanggung jawabnya dengan mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah agar semakin terwujud Indonesia yang adil, solider, sejahtera, kuat, dan maju.
Franz Magnis-Suseno
Rohaniwan dan Guru Besar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara