"Saya terus terang keberatan kalau dinaikan. BBM itu digunakan baik yang kaya atau miskin, sedangkan, bantuan pendidikan, kesehatan, belum merata," ujar Rismanila, warga Pulogadung, Jakarta Timur, kepada Kompas.com, Senin malam.
Risma mengatakan, program bantuan yang dikeluarkan pemerintah, seringkali tidak tepat sasaran. Menurut dia, kerabatnya yang berasal dari kalangan ekonomi bawah, tak pernah menerima dana bantuan pemerintah seperti yang selama ini didengungkan. Sementara, kata dia, mereka yang memiliki kendaraan dan tingkat kehidupan yang lebih baik justru mendapatkannya.
Selain itu, Risma mengatakan, kenaikan harga BBM juga pasti akan menambah beban sehari-hari dengan naiknya harga-harga bahan pokok.
Sementara itu, warga asal Depok, Jawa Barat, Dwi, mengatakan, pemerintah sebaiknya juga mencari alternatif lain untuk penghematan subsidi, selain menaikkan harga. Ia menyebutkan, sudah saatnya pemerintah juga tegas melarang kendaraan mewah, menggunakan BBM bersubsidi.
"Lebih baik diperketat penggunaan BBM bersubsidi. Jadi premium hanya untuk motor dan angkutan umum saja," kata Dwi.
Berbeda dengan dua warga sebelumnya, Ahmad, warga asal Parung, Bogor, tidak mempersoalkan kenaikan harga BBM. Ahmad mengatakan, ia optimistis program-program pemerintah akan berjalan dengan baik. Ia yakin bahwa kebijakan tersebut telah dipersiapkan dengan matang.
"Sempat kaget juga, saya kira baru naik tahun depan. Tapi saya yakin saja, kita lihat saja bukti-buktinya nanti," kata Ahmad.
Sebelumnya diberitakan, pada Senin malam, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi. Untuk bahan bakar jenis premium, dari sebelumnya Rp 6.500 per liter, kini naik menjadi Rp 8.500 per liter. Sedangkan solar, dari Rp 5.500 per liter, naik menjadi Rp 7.500 per liter. Adapun rencana pemerintah, pengalihan subsidi itu akan ditujukan untuk sektor produktif, seperti pembangunan infrastruktur, perlindungan sosial untuk keluarga miskin dan hampir miskin, serta mewujudkan sektor maritim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.