Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinggi, Harapan atas Kabinet

Kompas.com - 27/10/2014, 14:30 WIB


KOMPAS.com - Meskipun lebih lambat dari rencana, pembentukan kabinet Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla diyakini menghasilkan nama menteri yang lebih bersih dari berbagai kasus. Antusiasme dan keyakinan publik juga terhitung tinggi menyambut kabinet yang dijanjikan Presiden Jokowi segera tancap gas untuk bekerja. Jajak pendapat Kompas ini dilakukan sebelum susunan kabinet akhirnya diumumkan kemarin.

Sepekan terakhir, publik menyaksikan dinamika penyusunan kabinet baru pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Media berulang kali menampilkan berita tentang sejumlah tokoh yang datang ke Istana Presiden.

Meski hingga akhir pekan lalu, ketika hasil jajak pendapat ini ditulis, susunan kabinet baru belum diumumkan, publik tetap antusias mengikuti berita. Jajak pendapat pekan lalu memperlihatkan 7 dari setiap 10 responden mengikuti berita di media massa yang menayangkan persiapan pembentukan kabinet.

Berbeda dengan proses penyusunan kabinet pada masa pemerintahan sebelumnya, Jokowi-JK terbilang lebih lambat mengumumkan kabinet. Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla pada 2004-2009, misalnya, mengumumkan susunan kabinet pada malam hari setelah dilantik siang harinya. Sementara kabinet pemerintahan Yudhoyono periode kedua diumumkan sehari setelah pelantikan.

Perbedaan ini terkait dengan cara Jokowi-JK yang melibatkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dalam seleksi nama-nama calon menteri.

Bagi publik, pelibatan KPK dan PPATK ini merupakan mekanisme yang diapresiasi dan diharapkan bisa menjamin sosok bersih yang lebih bersih masuk di kabinet. Pandangan ini disuarakan 66,5 persen responden jajak pendapat.

Keputusan Jokowi-JK untuk melibatkan KPK dan PPATK juga memiliki arti penting dalam proses politik. Tidak hanya sebagai metode untuk menyaring, tetapi juga dapat membantu Jokowi-Jusuf Kalla menghadapi tekanan partai politik ataupun kelompok kepentingan. Sejumlah tokoh partai batal masuk kabinet karena memperoleh catatan dari KPK berupa coretan stabilo "merah" ataupun "kuning".

Argumen stabilo merah ataupun kuning ini menjadi landasan bagi Jokowi-JK untuk menolak calon yang berpotensi bermasalah dengan hukum meskipun diusulkan partai pengusungnya.

Secara umum, tidak kurang dari 67,2 persen responden menyatakan percaya Jokowi-JK mampu mengatasi tekanan dari partai pengusungnya, terutama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Meskipun demikian, jika ditelisik, keyakinan responden pemilih Prabowo-Hatta tidak sebesar keyakinan pemilih Jokowi-JK. Separuh bagian pemilih Prabowo (51,4 persen) meragukan Jokowi-JK akan mampu menghadapi tekanan partai politik dalam menyeleksi sosok menteri. Sementara 77,8 persen pemilih Jokowi-JK sangat yakin keduanya mampu menghadapi tarik-menarik kepentingan parpol pengusung dan pendukungnya.

Merangkul

Proses seleksi seperti ini, bagaimanapun, tetap meningkatkan ekspektasi publik terhadap sosok kabinet yang akan dibentuk. Dalam jajak pendapat ini, publik meyakini para menteri yang berhasil dipilih merupakan sosok berintegritas dan memiliki kompetensi di bidangnya.

Bahkan, sosok yang berasal dari partai politik pun, diyakini oleh sebagian besar responden (73,6 persen), memiliki dua kriteria tersebut, yaitu integritas dan kompetensi.

Terkait dengan kompetensi, publik membuka kemungkinan sosok menteri dari pemerintahan sebelumnya. Menurut 7 dari 10 responden, Jokowi-JK bisa memilih sejumlah menteri pemerintahan SBY yang dinilai memenuhi syarat.

Di media massa juga beredar kabar tentang sejumlah nama yang pernah terlibat dalam kabinet pemerintahan di masa lalu yang berpotensi menjabat kembali.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

Nasional
Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Nasional
MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Nasional
Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Nasional
Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Nasional
FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

Nasional
Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Nasional
Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Nasional
Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

Nasional
Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

Nasional
Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

Nasional
MK Bantah Ada Bocoran Putusan Sengketa Pilpres

MK Bantah Ada Bocoran Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com