JAKARTA, KOMPAS.com — Euforia berlebihan dalam Syukuran Rakyat seusai pelantikan presiden, Senin (20/10/2014) kemarin, dapat menjadi beban bagi Presiden Joko Widodo. Hal itu memunculkan ekspektasi yang begitu besar dari masyarakat atas pemerintahan Jokowi.
"Pasca-reformasi, baru kali ini ada perayaan yang begitu besar. Namun, ketika amanat rakyat tidak dipenuhi, rakyat justru bisa berbalik," ujar Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dalam sebuah diskusi di Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (21/10/2014).
Menurut Yunarto, begitu seorang presiden dilantik, saat itu juga kritik akan bermunculan. Yunarto berpendapat bahwa Jokowi telah melakukan dua esensi demokrasi yang dilakukan sejak masa kampanye pilpres hingga pelantikan kemarin. Kedua esensi demokrasi tersebut adalah Jokowi berasal dari rakyat dan menang oleh rakyat.
Yunarto menyebutkan, masih ada satu esensi demokrasi sederhana yang perlu dibuktikan oleh Jokowi, yakni memberikan kemenangan bagi rakyat. Menurut dia, kegiatan blusukan yang selama ini dilakukan Jokowi adalah salah satu cara mendengarkan langsung apa kebutuhan rakyat. Dengan demikian, Jokowi akan membuat suatu kebijakan yang sesuai dengan apa yang diinginkan rakyat.
Selain itu, untuk benar-benar menjawab ekspektasi rakyat, Jokowi juga harus membuktikan bahwa ia mempunyai otoritas, menggunakan independensinya untuk membuat kebijakan yang pro-rakyat.
"Itu yang kita tunggu dari Jokowi. Apakah kebijakan itu bisa diimplementasikan hanya karena karakter presiden atau butuh support team. Ia bisa jadi inspirasi dan teladan sehingga visi dan misinya bisa terlaksana," kata Yunarto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.