Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi dan SBY Diminta Tuntaskan Kasus Munir

Kompas.com - 07/09/2014, 22:00 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Memperingati 10 tahun kematian aktivis Munir yang jatuh pada Minggu (7/9/2014), Sahabat Pembela Hak Asasi Manusia mengingatkan Pemerintah untuk mengusut tuntas dalang di balik pembunuhan Munir. Mereka meyakini hingga kini dalang pembunuhan Munir belum terungkap.

"Kita teman-temannya Munir, saya dulu direktur operasional di Imparsial, jadi kita lihat 10 tahun ini walaupun pembunuhnya sudah ada yang tertangkap tapi kan kasusnya belum selesai, dalangnya belum ada," kata mantan Direktur Imparsial Rusdi Marpaung yang juga sahabat Munir di Jakarta, Minggu.

Untuk itu, Sahabat Pembela HAM menggelar refleksi kematian Munir melalui pembacaan testimoni, pembacaan sair terkait Munir, dan lagu-lagu yang mengingatkan peristiwa kematian Munir.

Testimoni akan disampaikan Sandyawan Sumardi dan Karlina Supelli. Sedangkan lagu-lagu akan dibawakan Ari dan Reda. Rusdi berharap cara ini bisa mengingatkan kembali masyarakat, dan Pemerintah akan kematian seorang aktivisi pembela HAM yang bernama Munir.

Dia berharap, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir masa jabatannya bisa menuntaskan pengusutan kasus pembunuhan tersebut. Apalagi, kasus Munir menurut Rusdi belum usang. Para pelakunya masih hidup sehingga sedianya bisa diusut hingga tuntas.

Selama ini, menurut dia, kasus Munir hanya dijadikan alat politik untuk menarik simpati masyarakat dalam penegakkan HAM. "Kalau yang dikorbankan Polycarpus saja dan itu kan tidak fair kan. Waktu itu SBY ciptakan TPF (tim pencari fakta) pembunuhan Munir tapi hasilnya tidak pernah diumumkan di publik," tutur Rusdi.

Selain kepada SBY, Sahabat Pembela HAM berharap presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) bisa menjadikan pengusutan kematian Munir ini sebagai agenda utama pemerinatahannya. Rusdi mengaku tidak yakin Jokowi bisa mengusut tuntas jika tidak didasari kemauan politik yang kuat.

"Saya enggak ada harapan yang terlalu besar kepada Jokowi tapi kita ingatkan terus ya. Boleh lah dia punya prestasi sebagai walikota, gubernur, tapi untuk presiden, dia harusnya bisa naik kelas," ucap Rusdi.

Apalagi, lanjut dia, pembunuhan Munir dilakukan dengan modus yang canggih. Rusdi juga mengingatkan agar Pemerintah, termasuk pemerintahan yang akan datang membuka hasil penyelidikan TPF kasus pembunuhan Munir.

Hingga kini, hasil penyelidikan TPF tersebut belum diungkap ke publik. Padahal, menurut dia, pemerintah memiliki kewajiban untuk melakukan hal tersebut.

Pada 7 September 2004, Munir ditemukan meninggal dalam penerbangan dari Jakarta menuju Belanda. Otopsi yang dilakukan pihak berwenang di Belanda menunjukkan bahwa dia telah diracun dengan arsenik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com