KOMPAS.com - Pemilihan Umum 2014 menjadi pemilu pertama bagi Yau May Fun (38) mengikuti pencoblosan. Setelah memilih untuk tidak memilih atau golput selama lima pemilu berturut-turut, perempuan yang akrab dipanggil Betsy itu akhirnya memutuskan untuk memberikan suaranya.
Domisili yang jauh dari Tanah Air tidak menjadi halangan bagi Besty untuk mencoblos. Direktur sebuah perusahaan Hongkong itu mendatangi tempat pemungutan suara di Victoria Park, Hongkong, pada saat pemilu legislatif dan pemilu presiden.
"Selama ini, saya golput. Dari zaman Pak Harto (Presiden Soeharto) sampai sekarang, baru sekali ini saya ikut mencoblos," kata dia saat dihubungi, Sabtu (16/8/2014).
Sejak pertama mendapatkan hak memilih pada Pemilu 1992, Besty memang tidak pernah menggunakan haknya. Alasannya, pemilu tidak ada artinya karena korupsi tetap merajalela. Selain itu, para penguasa yang terpilih pun tidak pernah memedulikan rakyat.
Perempuan yang sebelumnya tak pernah peduli dengan pemilu itu pun memutuskan untuk menjadi relawan, bergabung dengan Barisan Relawan Jokowi Presiden. Di tengah kesibukannya, Betsy mengampanyekan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). "Beberapa bulan hingga hari-H, saya persembahkan waktu saya 24 jam untuk Jokowi. Bahkan, kadang kala saya hanya tidur dua jam," ujar dia.
Lain Betsy, lain pula Harly Prabowo, seorang dokter gigi di Surabaya, Jawa Timur. Lulusan doktor dari Inggris itu rela meminjam uang Rp 4,5 miliar dari sebuah bank demi mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Sebelumnya, dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga itu sama sekali tidak peduli pada politik.
Uang pinjaman Rp 4,5 miliar itu tidak dibagi-bagikan, tetapi digunakan untuk membeli aset, seperti perkebunan kopi, dan membangun peternakan sapi di Bondowoso dan Situbondo. Dari sanalah ia mendapat dukungan masyarakat, baik saat pemilu legislatif maupun pemilu presiden. Kebetulan istri Harly ikut mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, tetapi gagal masuk ke parlemen.
Harly juga selalu mengampanyekan Prabowo-Hatta kepada para pasiennya. Dengan sukarela ia mengajak para pasien memilih Prabowo-Hatta karena kagum dengan visi-misi Prabowo-Hatta.
"Saya dukung Prabowo karena dia pernah bilang, bikin Indonesia kaya itu sebenarnya mudah, kita jaga laut, hasilnya sudah banyak. Itu yang suka jadi bahan ejekan bocor, bocor, padahal benar ikan-ikan kita banyak dicuri," kata Harly.
Terbentuk alamiah
Betsy dan Harly hanya dua dari jutaan warga Indonesia yang terjun langsung dalam pilpres. Keduanya juga mewakili kalangan profesional yang sebelumnya apolitis, tetapi kemudian tergerak menjadi relawan capres-cawapres.
Eva Kusuma Sundari, salah satu koordinator Relawan Jokowi-JK, menyatakan, ada ribuan relawan individu dan kelompok yang mendukung Jokowi-JK.
Politikus PDI-P itu menambahkan, para relawan itu terbentuk secara alamiah, tidak ada yang menggerakkan. Tim Nasional Jokowi-JK justru terkejut dengan banyaknya kelompok relawan yang terbentuk menjelang pilpres. Saking banyaknya, Jokowi-JK kemudian menunjuk Eva dan Eriko Sutarduga (Partai Nasdem) menjadi koordinator relawan. Mereka kemudian memutuskan melakukan temu darat dengan para relawan pada pertengahan April lalu.
Dari ribuan relawan itu, terdapat pula artis dan pesohor lain. Para artis itu mengampanyekan Jokowi-JK tanpa diminta. Mereka bahkan berinisiatif menggelar Konser Salam 2 Jari di Gelora Bung Karno (GBK). "Konser di GBK itu inisiatornya Abdee (Slank) dan teman-teman artis, murni mereka. Itu sumbangan besar kalangan artis karena mereka membuat Jokowi-JK rebound," ujar Eva.
Gerakan relawan juga muncul di kubu Prabowo-Hatta. Hampir setiap hari kelompok-kelompok relawan mendeklarasikan dukungan di Rumah Polonia, Jakarta Timur. Para relawan itulah yang, menurut Yudha Permana dari Sahabat Prabowo, membuat kampanye kreatif di dunia maya. Mereka yang berinisiatif menggelar jalan pagi dan membagikan susu di acara car free day. Program itu mereka sebut Revolusi Putih.
Selain mereka yang terorganisasi, banyak juga relawan yang dengan inisiatif membuat gerakan di luar tubuh partai atau koalisi. Hal ini terlihat dari banyaknya grup ataupun fan page yang menggunakan nama Relawan Prabowo Hatta selain daripada grup resmi Prabowo08 dan Sahabat Prabowo.
Ada juga kelompok yang mengumpulkan data tentang kecurangan pemilu dan membuat situs web www.selamatkandemokrasi.com dan mengklaim bahwa data mereka asli, bukan hasil copy paste. Beberapa data diambil dari internet, seperti screen capture Facebook oknum KPU yang melanggar etika dengan berpihak atau bukti dari keterlibatan oknum BUMN.
Prabowo-Hatta juga mendapat dukungan dari kalangan artis dan pesohor lain. Juru bicara Prabowo-Hatta, Nurul Arifin, mengatakan, para artis sukarela berkeliling mengampanyekan Prabowo-Hatta. Mereka juga berinisiatif membuat video lagu "Garuda di Dadaku", nyanyian resmi Prabowo-Hatta. "Itu murni dari para artis," kata dia.
Peran relawan cukup signifikan untuk mendongkrak perolehan suara capres-cawapres.
Eriko menyebut relawan sebagai ujung tombak pemenangan Jokowi-JK, terutama di daerah-daerah yang diperkirakan minim suara. Daerah itu misalnya Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Lampung, Banten, dan Jawa Barat.
"Kelompok relawan kami gerakkan di 5.670 desa di 11 provinsi yang diperkirakan minim suara. Target sasarannya 10,5 juta kepala keluarga, tapi karena keterbatasan waktu, kami hanya mampu menjaring 3,2 juta KK," ujar Sekretaris Koordinator Relawan Jokowi-JK Marihot Gultom.
Menurut Sekjen Seknas Jokowi Dono Prasetyo, pekerjaan relawan justru melebihi para kader partai di berbagai tingkatan. Seknas Jokowi, misalnya, memiliki kepengurusan di 30 provinsi sehingga dengan leluasa bergerak memengaruhi opini publik untuk memilih Jokowi-JK.
"Kampanye kreatif yang disuguhkan para relawan efektif untuk menarik dukungan dan meningkatkan elektabilitas Prabowo-Hatta," ucap Nurul.
Munculnya relawan yang masif merupakan fenomena baru dalam sejarah pemilu di Indonesia. Para relawan tumbuh tanpa komando terpusat, bergerak secara mandiri, dan dinamis.
Para relawan itu adalah rakyat yang dengan kesadaran penuh melibatkan diri dalam proses politik. Mereka mengajak untuk memilih dengan menggunakan berbagai sarana, dengan tenaga dan bahkan dana sendiri.
Jika merujuk pada teori demokratisasi Barrington Moore, munculnya relawan dalam pilpres itu berarti demokrasi di Indonesia sudah semakin matang. Moore dalam buku The Social Origin of Dictatorship and Democracy menyebut, banyaknya kelas menengah yang berperan dalam politik menunjukkan, kualitas demokrasi di sebuah negara telah meningkat.
Kesadaran warga untuk terlibat langsung dalam proses pemenangan pilpres bisa diartikan demokrasi di Indonesia kini sudah menjadi milik rakyat. (FER/OSA/EDN/RYO/NTA)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.