Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Pidato Kenegaraan Presiden SBY

Kompas.com - 17/08/2014, 09:01 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menyampaikan pidato kenegaraannya di hadapan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah, Jumat (15/8/2014) lalu.

Pidato tersebut berbeda dibandingkan pidato kenegaraan SBY tahun-tahun sebelumnya mengingat itulah terakhir kalinya orang nomor satu di negeri ini menyampaikan pidato kenegaraan sebelum selesai masa jabatannya sebagai presiden pada 20 Oktober mendatang.

Pada pidato terakhirnya itu, SBY terlihat cukup emosional dalam menyampaikan kata per kata. Intonasinya tegas dan lugas dengan mimik yang serius. Lantaran terlihat begitu bersemangat, bahkan SBY hanya satu kali menyentuh gelasnya sepanjang berpidato selama 1 jam 9 menit tersebut. Itu pun dilakukannya setelah anggota DPR dan DPD bertepuk tangan panjang saat dia menyampaikan pemenang pemilu versi Komisi Pemilihan Umum, yakni Jokowi-Jusuf Kalla.

“Silakan tepuk tangan, jadi saya ada kesempatan untuk minum,” kata SBY. Jusuf Kalla yang hadir dalam kapasitasnya sebagai Wakil Presiden periode 2004-2008 itu pun tertawa lepas mendengar perkataan SBY.

Setelah meneguk air putih, SBY kembali menyampaikan pidatonya. SBY menyampaikan berbagai capaian pemerintah di bidang pendidikan, keuangan, pemberantasan korupsi, pertumbuhan ekonomi, kesehatan, hingga iklim demokrasi. Setidaknya 11 kali tepuk tangan dilakukan oleh para anggota Dewan atas capaian-capaian SBY itu.

Pengujung pidato SBY menjadi bagian yang paling banyak diingat oleh para politisi Senayan. Di bagian itu, SBY sengaja menyisipkan kalimat bernada perpisahan kepada anggota Dewan yang selama 10 tahun ini menjadi mitranya. SBY memohon maaf atas kesalahan yang telah dilakukannya. Dia menyebut dirinya adalah orang biasa yang tak akan pernah berhenti belajar.

“Saya adalah anak orang biasa dan anak biasa dari Pacitan yang kemudian menjadi tentara, menteri, dan kemudian dipilih sejarah untuk memimpin bangsa Indonesia," kata Presiden Yudhoyono.

Dia berjanji setelah tak lagi menjadi presiden, akan tetap membantu pemerintahan baru, siapa pun presiden terpilih yang ditetapkan Mahkamah Konstitusi.

"Ini adalah kewajiban moral saya sebagai mantan presiden dan nantinya sebagai warga negara," kata dia disambut sorak tepuk tangan seisi ruangan. Tepuk tangan itu pun berakhir dengan standing applause sebagian besar anggota Dewan yang hadir.

Sejumlah menteri dan politisi mengaku terenyuh dengan pidato Presiden SBY kali ini. Menteri BUMN Dahlan Iskan, misalnya, mengaku meneteskan air mata saat SBY meminta maaf dan berpamitan dalam pidatonya. Demikian pula dengan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso yang menuturkan matanya sampai berkaca-kaca mendengarkan pidato presiden yang pertama kali dipilih langsung itu.

Menyusun sendiri

Untuk membuat pidato kenegaraan terakhir kali ini, SBY benar-benar merancangnya secara matang. Dia telah mempersiapkan sendiri pidato tersebut dibantu para menteri yang memberikan fakta dan data.

Staf Khusus Kepresidenan bidang Komunikasi Politik, Daniel Sparringga, mengakui SBY adalah seorang presiden yang berbeda lantaran dia lebih senang menulis sendiri naskah pidatonya.

“Selama ini memang beliau lebih senang menyusun sendiri pidatonya, yang sekarang pun demikian, tentunya mendapat masukan dari menteri-menteri terkait dalam memetakan isu yang diangkat,” kata Daniel.

Daniel mengungkapkan, pidato terakhir yang disampaikan SBY cukup berbeda lantaran berisi rekapitulasi dari capaian pemerintah selama 10 tahun. Selain itu, di pengujung pidato, SBY memang sengaja mencurahkan isi hatinya.

“Itu memang kemauan Pak Presiden bahwa dia ingin memberikan perpisahan di masa terakhirnya kali ini. Pidato yang cukup emosional, beliau ingin mengangkat sisi human dirinya dalam pidato ini,” tutur Daniel yang mengaku terharu mendengar kata perpisahan dari sang presiden tersebut.

Hal senada juga disampaikan Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha. Julian yang mendampingi Presiden SBY mulai tahun 2009 itu mengungkapkan, pidato kenegaraan sudah selama tiga minggu ini secara serius digarap oleh Presiden. Sejumlah perbaikan terus dilakukan Presiden sambil mendengarkan masukan para menteri.

“Inilah persembahan terakhir Presiden SBY, tak hanya untuk DPR dan DPD, tetapi juga untuk rakyat Indonesia,” kata Julian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

Nasional
Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com