Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Sidang MK, Saksi Prabowo Keluhkan Kinerja KPUD Tangsel

Kompas.com - 12/08/2014, 17:29 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Saksi Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Joko Ariyanto, mengadukan buruknya kinerja Komisi Pemilihan Umum Daerah Tangerang Selatan pada majelis hakim konstitusi. Aduan itu disampaikan Joko dalam sidang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) presiden dan wakil presiden di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Selasa (12/8/2014).

Joko mengatakan, dirinya merupakan saksi mandat Prabowo-Hatta dalam proses rekapitulasi di tingkat KPUD Tangsel. Menurut dia, KPUD Tangsel tidak menjalankan rekomendasi Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) untuk membuka kotak suara guna mencermati jumlah daftar pemilih khusus tambahan (DPKTb).

"Rekomendasi itu tak dijalankan oleh KPUD Tangsel yang dikeluarkan pada 17 Juli 2014 terkait DPKTb," kata Joko dalam persidangan tersebut.

Joko mengatakan telah mengajukan keberatan atas proses rekapitulasi suara oleh KPUD Tangsel yang menolak membuka kotak suara untuk mencermati data DPKTb. Ia mengklaim, data mengenai DPKTb yang ditemukannya sama persis dengan data DPKTb yang dimiliki oleh panwaslu, yakni sekitar 45.000 orang.

"Ternyata temuan kami sama dengan data DPKTb Panwaslu. Katanya (KPUD) mau buka saat pleno, tapi tak pernah dilakukan sampai akhir," ujarnya.

Ia mengatakan, dalam menanggapi protes kubu Prabowo-Hatta, KPUD Tangsel hanya memerintahkan agar keberatan tersebut ditulis di formulir keberatan. Joko mengaku terus melakukan penolakan karena rekomendasi Panwaslu adalah meminta KPUD Tangsel membuka kotak suara.

"Karena jumlah DPKTb di tiap TPS dianggap tidak wajar. Jumlahnya mencapai 50 DPKTb di tiap TPS," ucapnya.

Joko menyampaikan, daftar pemilih tetap (DPT) Tangsel mencapai 959.146 orang, daftar pemilih tambahan (DPTb) 7.626 orang, dan DPKTb mencapai 45.502. Di Tangsel, kata Joko, pasangan Prabowo-Hatta mendapat 336.141 suara, dan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla mendapat 359.778 suara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Nasional
Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com