Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/07/2014, 08:17 WIB

Oleh: Christina M Udiani

Sejak Joko Widodo menulis di harian Kompas (10/5/2014), revolusi mental seolah menyatu dan selalu dikaitkan dengannya. Tak banyak yang mempersoalkan dari mana konsep ini. Ada yang menyebut dari komunis, mungkin sebagai bagian dari kampanye hitam, ada pula yang menyatakan sebagai konsep Gandhi.

Tulisan ini tak hendak membicarakan asal-usul konsep revolusi mental karena Gandhi pun mengakui bahwa pemikiran dan tindakannya banyak dipengaruhi oleh para pemikir, seperti John Ruskin dengan bukunya Unto This Last, Leo Tolstoy dengan Kingdom of God is Within You, ataupun Walden dan Thoureau.

Tidak seperti politisi yang mengandalkan retorika, Gandhi memulai revolusi mental dari dirinya. Ia mengganti pakaiannya dengan selembar khadi (kain tenunan tangan). Khadi menjadi pernyataan sekaligus senjata politik, sosial, ekonomi, dan terutama moral untuk melawan kekuasaan penjajah. Gandhi menyatakan kepada rakyatnya, ”Taruhlah khadi di tanganku, maka akan kuberikan kemerdekaan kepadamu.”

Kagumi Eropa

Gandhi bukan pejuang kemerdekaan dari awal. Lazimnya pemuda terdidik dalam tradisi kolonial Inggris, Gandhi muda juga silau dengan kemilau budaya Eropa. Ketika tinggal di London, Gandhi suka membeli setelan jas di Bond Street, pusat adibusana Inggris zaman itu.

Pengalaman dipersulit mendapat tiket kereta kelas satu karena dia warga India juga tak mengubah kekaguman Gandhi kepada Eropa. Ia juga tak melawan pendapat Ratu Victoria bahwa orang India itu ada dua, yang tercerahkan dan yang terbelakang. Agar masuk golongan tercerahkan, Gandhi mengharuskan istri dan anaknya berpakaian ala Eropa.

Keyakinan ini berubah saat menghadiri audiensi dengan Wakil Ratu Inggris di India Club, Kalkutta, pada 1901. Beberapa tokoh masyarakat India yang hadir mengenakan celana dengan baju seperti pelayan, bukan dhoti. Seorang di antara tokoh itu berbicara kepada Gandhi, ”Kau lihat bedanya kami dengan pelayan? Orang-orang itu pelayan kita, kita adalah pelayan Lord Curzon. Kalau hadir dengan pakaian kita yang biasa, bisa dianggap menghina.”

Dalam perjalanan mengelilingi India, Gandhi mulai duduk di kelas tiga, mengenakan mantel wol panjang, kemeja, dan dhoti, bukan celana. Namun, pulang ke Bombai, ia kembali berpakaian necis layaknya pengacara. Baru pada 1906, lima tahun setelah audiensi dan setelah memulai gerakan Satyagraha (truth force) di Afrika Selatan, Gandhi benar-benar meninggalkan pakaian Eropa dan mengenakan khadi.

Revolusi mental

Apa hubungan khadi dengan revolusi mental? Akhir abad ke-19, sebelum Gandhi memutuskan gerakan khadi, ekonomi India merosot tajam. Pada 1800-an, India adalah negeri pengekspor tekstil ternama di Asia. Dari Kalkuttta saja, ekspor mencapai 20 juta rupee setahun. Seratus tahun kemudian, keadaan berbalik. India harus mengimpor pakaian, terutama dari Manchester senilai 660 juta rupee setahun.

Banyak pabrik tekstil lokal bangkrut. Pengangguran menjadi-jadi dan kemiskinan merebak. Seperti ditulis oleh Gandhi dalam Hind Swaraj, ”Akibat paling tragis kekuasaan Inggris saat ini adalah 20 juta lebih rakyat India terpaksa menganggur.”

Namun, Gandhi tidak langsung melarang rakyat menggunakan produk asing. ”Lebih baik kita mengirim uang ke Manchester dan menggunakan kain tipis buatan Manchester daripada menggandakan pabrik-pabrik di India. Dengan menggunakan kain dari Manchester, kita hanya menghamburkan uang, tapi memproduksi kain dari Manchester di India kita akan mempertahankan uang kita dengan bayaran darah karena moral kita diisap habis,” tulisnya dalam Hind Swaraj.

Moral menjadi pertimbangan utama kebijakan ekonomi ini sekalipun bagi sejumlah lawan politiknya, sikap ini dipandang sangat tidak tegas dan pro-penjajah. Namun, sekadar menyalahkan dan mengusir Inggris, menurut Gandhi, tidak menyelesaikan masalah. Dia mengecam tajam kolonialisme, tetapi tidak membenci orang Inggris.

”Inggris tidak merebut India; kita yang memberikannya. Mereka di India bukan karena kekuatan mereka, tetapi karena kita menahannya… Siapa yang tergiur melihat perak mereka? Siapa yang membeli barang-barang mereka? Sejarah menyaksikan, kitalah pelakunya… Kita membantu mereka.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Jokowi Kembali ke Tanah Air Usai Hadiri COP28 di Dubai

Jokowi Kembali ke Tanah Air Usai Hadiri COP28 di Dubai

Nasional
Duduk Perkara Debat Pilpres 2024: Debat Cawapres Tetap Ada, tapi Didampingi Capres

Duduk Perkara Debat Pilpres 2024: Debat Cawapres Tetap Ada, tapi Didampingi Capres

Nasional
Bertemu Sekjen PBB, Presiden Jokowi Bahas Aksi Iklim dan Situasi di Gaza

Bertemu Sekjen PBB, Presiden Jokowi Bahas Aksi Iklim dan Situasi di Gaza

Nasional
Kampanye Hari Ini, Anies Seharian di Sumut, Muhaimin ke Mojokerto

Kampanye Hari Ini, Anies Seharian di Sumut, Muhaimin ke Mojokerto

Nasional
Kapitalisme dan Kuasa Oligarki Berkedok Demokrasi

Kapitalisme dan Kuasa Oligarki Berkedok Demokrasi

Nasional
Jika Kalah Lagi di Pilpres, Prabowo: Saya Akan Naik Gunung, Pensiun

Jika Kalah Lagi di Pilpres, Prabowo: Saya Akan Naik Gunung, Pensiun

Nasional
Ungkap Sosok di Balik Materi Kampanye, Prabowo: Tim Saya adalah Tim Pak Jokowi...

Ungkap Sosok di Balik Materi Kampanye, Prabowo: Tim Saya adalah Tim Pak Jokowi...

Nasional
Ganjar Kampanye di Lombok dan Kendari Hari Ini, Mahfud Fokus di Jawa Timur

Ganjar Kampanye di Lombok dan Kendari Hari Ini, Mahfud Fokus di Jawa Timur

Nasional
Prabowo Doa Bersama Kiai di Banten Hari Ini, Gibran ke CFD Jakarta

Prabowo Doa Bersama Kiai di Banten Hari Ini, Gibran ke CFD Jakarta

Nasional
Perubahan Format Debat Cawapres Dinilai Meleset dari Tujuan

Perubahan Format Debat Cawapres Dinilai Meleset dari Tujuan

Nasional
Format Debat Cawapres Mestinya Diubah Lebih Mutakhir, Bukan Picu Polemik

Format Debat Cawapres Mestinya Diubah Lebih Mutakhir, Bukan Picu Polemik

Nasional
Kritik Perubahan Format Debat Cawapres, Cak Imin: Kalau Pemilu Mau Baik Ya Adu Gagasan

Kritik Perubahan Format Debat Cawapres, Cak Imin: Kalau Pemilu Mau Baik Ya Adu Gagasan

Nasional
[POPULER NASIONAL] TKN Prabowo-Gibran Sebut Megawati Panik | TPN Ganjar-Mahfud Anggap Penghilangan Debat Cawapres Akal-akalan KPU

[POPULER NASIONAL] TKN Prabowo-Gibran Sebut Megawati Panik | TPN Ganjar-Mahfud Anggap Penghilangan Debat Cawapres Akal-akalan KPU

Nasional
Tanggal 5 Desember Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Desember Memperingati Hari Apa?

Nasional
Cak Imin Sebut Hubungannya dengan Anies Seperti Soekarno-Hatta: Saling Menopang

Cak Imin Sebut Hubungannya dengan Anies Seperti Soekarno-Hatta: Saling Menopang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com