Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti IRC: Hasil "Quick Count" Meleset, Sah-sah Saja

Kompas.com - 22/07/2014, 12:47 WIB
Meidella Syahni

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Peneliti Indonesia Research Center (IRC), Natalia Christanto, menilai wajar jika hasil quick count atau hitung cepat oleh IRC meleset dari hasil real count Komisi Pemilihan Umum (KPU). Menurut dia, kredibiltas lembaga survei tak hanya dilihat dari hasil prediksi, tetapi juga metodologi dan proses pengambilan sampel.

Natalie mengatakan, ada tiga ukuran untuk menguji kinerja lembaga survei yang melakukan quick count, yakni metodologi, proses, dan hasil. Untuk hasil, kata dia, yang menjadi indikator bukanlah prediksi siapa yang menang dan kalah, melainkan sejauh apa perbedaan hasil yang didapatkan lembaga survei dengan hasil yang dikeluarkan KPU untuk masing-masing calon.

"Prediksi bisa saja salah. Masalahnya, berapa selisih hasil quick count pasangan dengan real count KPU. Misalnya, hasil akhir KPU, Jokowi 52 persen kita bandingkan dengan hasil quick count kita, Jokowi 48,89 persen. Jadi, bukan siapa yang menang siapa yang kalah," katanya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (22/7/2014).

Berbeda dari metodologi dan proses, menurut Natalie, hasil quick count bisa saja meleset. Ia mencontohkan pada saat Pemilihan Gubernur Jawa Timur. "Hampir semua lembaga survei memprediksi Khofifah (Indar Parawansa) yang menang. Namun, ternyata Pakde Karwo yang menang. Begitu juga dengan pilkada di Bali 2013, hasilnya meleset. IRC, termasuk SMRC," katanya.

Natalie mengatakan, jika perbedaan hasil quick count dan real count KPU masih dalam toleransi kesalahan (margin of error) plus minus 2 persen, maka hasil quick count masih bisa diterima. "Kalaupun Jokowi-JK dinyatakan menang, memang prediksi kami salah. Namun, bukan berarti lembaga survei kami tidak akurat dan kredibel. Atau meskipun Prabowo-Hatta yang dinyatakan menang, belum tentu lembaga surveinya yang paling akurat. Harus dilihat metodologi dan prosesnya," ujarnya.

Jika margin of error di atas dua persen, maka lembaga survei akan melakukan evaluasi terkait metodologi dan proses pengambilan sampel. Bisa jadi ada faktor tertentu saat pengambilan sampel, seperti intervensi di lapangan.

Untuk metodologi, dijelaskan Natalie, semua quick count menggunakan metodologi yang sama. "Masalahnya hanya pengacakan pengambilan sampel TPS yang mana," ujar dia. Jika sampel TPS yang melakukan PSU berarti hasil yang masuk untuk quick count adalah hasil sebelum PSU. "Pasti hasilnya beda," katanya.

Berdasarkan hasil hitung cepat IRC pada Pemilu Presiden 2014, pasangan calon presiden-calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa unggul dengan 51,11 persen suara. Adapun Joko Widodo-Jusuf Kalla mendapat 48,89 persen suara. Hasil tersebut berbeda dari delapan lembaga survei lain yang menempatkan Jokowi-JK unggul dari Prabowo-Hatta.

Saat ini KPU telah merampungkan rekapitulasi penghitungan suara tingkat nasional. Hasil sementara dari rekapitulasi itu, Prabowo-Hatta mendapatkan 47,55 persen suara dan Jokowi-Kalla 52,66 persen suara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menlu Retno Telepon Wamenlu AS Pasca Serangan Iran ke Israel: Anda Punya Pengaruh Besar

Menlu Retno Telepon Wamenlu AS Pasca Serangan Iran ke Israel: Anda Punya Pengaruh Besar

Nasional
Bakal Hadiri Putusan Sengketa Pilpres, Ganjar Berharap MK Tak Buat 'April Mop'

Bakal Hadiri Putusan Sengketa Pilpres, Ganjar Berharap MK Tak Buat "April Mop"

Nasional
Serahkan Kesimpulan ke MK, Kubu Anies-Muhaimin Yakin Permohonan Dikabulkan

Serahkan Kesimpulan ke MK, Kubu Anies-Muhaimin Yakin Permohonan Dikabulkan

Nasional
Soal 'Amicus Curiae' Megawati, Ganjar: Momentum agar MK Tak Buat April Mop

Soal "Amicus Curiae" Megawati, Ganjar: Momentum agar MK Tak Buat April Mop

Nasional
Ke Teuku Umar, Ganjar Jelaskan Alasannya Baru Silaturahmi dengan Megawati

Ke Teuku Umar, Ganjar Jelaskan Alasannya Baru Silaturahmi dengan Megawati

Nasional
Ganjar Tak Persoalkan Kehadiran Mardiono di Acara Halal Bihalal Golkar

Ganjar Tak Persoalkan Kehadiran Mardiono di Acara Halal Bihalal Golkar

Nasional
KPK Akan Ladeni Argumen Eks Karutan yang Singgung Kemenangan Praperadilan Eddy Hiariej

KPK Akan Ladeni Argumen Eks Karutan yang Singgung Kemenangan Praperadilan Eddy Hiariej

Nasional
Menlu Retno Beri Penjelasan soal Tekanan agar Indonesia Normalisasi Hubungan dengan Israel

Menlu Retno Beri Penjelasan soal Tekanan agar Indonesia Normalisasi Hubungan dengan Israel

Nasional
'One Way', 'Contraflow', dan Ganjil Genap di Tol Trans Jawa Sudah Ditiadakan

"One Way", "Contraflow", dan Ganjil Genap di Tol Trans Jawa Sudah Ditiadakan

Nasional
Kakorlantas Minta Maaf jika Ada Antrean dan Keterlambatan Selama Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024

Kakorlantas Minta Maaf jika Ada Antrean dan Keterlambatan Selama Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024

Nasional
KPK Sebut Tak Wajar Lonjakan Nilai LHKPN Bupati Manggarai Jadi Rp 29 Miliar dalam Setahun

KPK Sebut Tak Wajar Lonjakan Nilai LHKPN Bupati Manggarai Jadi Rp 29 Miliar dalam Setahun

Nasional
Serahkan Kesimpulan ke MK, KPU Bawa Bukti Tambahan Formulir Kejadian Khusus Se-Indonesia

Serahkan Kesimpulan ke MK, KPU Bawa Bukti Tambahan Formulir Kejadian Khusus Se-Indonesia

Nasional
Tim Hukum Anies-Muhaimin Serahkan 35 Bukti Tambahan ke MK

Tim Hukum Anies-Muhaimin Serahkan 35 Bukti Tambahan ke MK

Nasional
PPP Siap Gabung, Demokrat Serahkan Keputusan ke Prabowo

PPP Siap Gabung, Demokrat Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
PDI-P Jaring Nama Potensial untuk Pilkada DKI 2024, yang Berminat Boleh Daftar

PDI-P Jaring Nama Potensial untuk Pilkada DKI 2024, yang Berminat Boleh Daftar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com