Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langkah Jokowi Hadapi Kecurangan...

Kompas.com - 17/07/2014, 09:54 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Joko Widodo (Jokowi) punya alasan tersendiri terus melakukan blusukan ke sejumlah daerah seusai Pemilu Presiden 9 Juli 2014. Jokowi khawatir, proses penghitungan suara berjenjang dinodai oleh praktik kecurangan.

"Saya ingin memastikan suara yang telah kita dapat tidak berubah," ujar Jokowi saat datang ke Kantor DPD PDI Perjuangan Banten, Rabu (16/7/2014).

Pertama, Jokowi meminta relawan atau kader partai pendukung mengawal penghitungan suara dari tempat pemungutan suara (TPS) hingga tingkat nasional. Formulir C-1 di tiap TPS harus dipegang dan dipublikasikan sebagai pegangan saksi jika terjadi sengketa suara.

Kedua, Jokowi mengerti bahwa ada saksi yang kelelahan mengawal proses penghitungan suara. Jokowi meminta penambahan orang yang berada di sekitar tempat penghitungan suara, selain saksi. Jika ada kejanggalan yang luput oleh saksi, orang-orang itulah yang akan "mengejar" hal itu.

Ketiga, Jokowi juga meminta relawan ataupun kader partai menyiapkan saksi jika terjadi sengketa suara pilpres pada Mahkamah Konstitusi (MK). Jokowi meminta saksi-saksi itu diseleksi secara ketat.

"Yang pintar bicara, menguasai lapangannya, menguasai data dan punya keberanian. Harus diseleksi betul. Kalau enggak berani, ya diam saja kalau dibohongin, repot," ujar Jokowi.

"Kita lihat tanggal 22 Juli. Mudah-mudahan tak berubah. Ya, asalkan jangan ada yang otak-atik suara saja. Makanya, kita minta dikawal. Satu suara hilang saja akan kita urus," lanjut dia.

Tak masuk akal

Jokowi merasa permintaan itu tak berlebihan. Dia memberi contoh kejadian di Malaysia dan Madura. Di Malaysia, ada potensi penggelembungan suara untuk capres dan cawapres tertentu, baik melalui manipulasi formulir C-1, maupun pengiriman suara melalui drop box dan pos. Oleh sebab itu, kubu Jokowi-JK sampai mengirim tim investigasi ke Malaysia.

Sementara itu, di Madura terdapat 17 TPS dengan hasil penghitungan suara yang janggal. Tak ada satu orang pun yang memilih pasangan Jokowi-JK. Padahal, di TPS tersebut terdapat infrastruktur partai pengusung dan relawan. Jokowi merasa peristiwa tersebut tidak masuk akal.

"Masuk akal dikit dong. Dikira kita enggak ada anggota Dewan di sana. Urusan timlah itu," ujar Jokowi.

Sebelumnya, pusat tabulasi tim hukum pasangan Jokowi-JK menerima sebanyak 160 laporan dugaan kecurangan pemilu presiden di seluruh Indonesia. Mereka akan memverifikasi laporan itu sekaligus mempersiapkan bukti untuk dibawa ke MK.

Laporan yang masuk misalnya soal adanya pengurangan surat suara, pembagian uang untuk memilih pasangan capres-cawapres nomor urut satu, tidak adanya suara Jokowi-JK di banyak TPS, dan tidak ada tanda tangan saksi dari pasangan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 28 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 28 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
'Checks and Balances' terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

"Checks and Balances" terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

Nasional
PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

Nasional
Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Nasional
Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Nasional
Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Nasional
Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Nasional
Logo dan Tema Hardiknas 2024

Logo dan Tema Hardiknas 2024

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasional
PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

Nasional
Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com