Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Novelis "Menulis" untuk Prabowo

Kompas.com - 16/07/2014, 14:49 WIB
Meidella Syahni

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Tak hanya artis dan seniman, para penulis novel juga angkat bicara untuk calon presiden nomor urut satu Prabowo Subianto, mulai dari novelis muda Bernard Batubara, Clara Ng, hingga Seno Gumira Ajidarma. Ketiganya menulis surat untuk Prabowo di http://suratuntukpakbowo.tumblr.com/.

Penulis muda asal Pontianak, Bernard Batubara, menulis beban pikirannya setelah menyaksikan bagaimana teman-temannya saling menyindir karena mereka memilih calon presiden yang berbeda. Penulis novel Surat untuk Ruth, Milana, dan Kata Hati ini gelisah melihat bagaimana politik membuat teman-temannya yang tadinya nongkrong bareng sekarang tampak bermusuh-musuhan. Baginya, politik telah memecah belah pertemanannya. Berikut surat lengkap anak muda yang akrab disapa Bara ini.

"Dear Pak Prabowo, Nama saya Bernard Batubara. Saat ini usia saya 25 tahun. Saya baru saja berulang tahun 5 hari yang lalu, tepat pada tanggal 9 Juli, ketika pemilihan presiden dilakukan dan orang-orang beramai-ramai datang ke tempat pemungutan suara untuk memilih pemimpin mereka. Saya tidak datang ke tempat pemungutan suara. Bukan saya tidak ingin memilih. Saya sudah memilih satu di antara dua dan mohon maaf, itu bukan Bapak.

Saya tidak datang ke tempat pencoblosan karena saya anak rantau dan pemalas. Saya tahu, jika teman-teman saya tahu bahwa saya tidak mencoblos karena malas mengurus surat ini-itu (padahal di social media semuanya sudah disediakan informasi tersebut) mereka pasti akan mengomeli saya. Tidak apa-apa. Selain karena malas, juga karena saya kurang tidur dan merasa tidak enak badan. Saya jatuh sakit pada hari yang sama saat saya berulang tahun. Pada hari yang sama saat pemilihan presiden. Apakah arti sakit saya itu, Pak? Saya pun tidak tahu. Mungkin memang karena saya kurang istirahat dan mengerjakan banyak hal. Mungkin juga karena beban pikiran setelah menyaksikan bagaimana teman-teman saya saling menyindir karena mereka memilih calon presiden yang berbeda.

Saya melihat sendiri bagaimana politik membuat teman-teman saya yang tadinya nongkrong bareng, sekarang tampak bermusuh-musuhan. Politik telah sampai pada tahap yang tidak pernah saya bayangkan atau lihat langsung sebelumnya: memecah-belah pertemanan. Pak Prabowo, saya adalah orang yang tidak suka membicarakan politik, namun saya percaya bahwa perubahan besar di sebuah negara hanya bisa dilakukan lewat politik. Aneh, bukan? Ya, harap maklum Pak karena saya seorang Cancer, di dalam diri saya penuh kontradiksi.

Saya bukan apolitis, saya hanya belum melihat ada sosok-sosok yang menjanjikan di dunia politik di negara kita tersayang ini. Saya mencintai Indonesia, Pak. Sejak kecil saya memendam keinginan untuk pergi keluar negeri. Saya ingin ke London karena saya penggemar cerita Harry Potter karangan J. K. Rowling. Tapi kalau ditanya saya ingin menghabiskan sisa hidup saya di mana? Saya akan menjawab: Indonesia.

Saya menyayangi Indonesia dan saya tidak ingin Indonesia dipimpin oleh pemimpin yang buruk. Bagaimanakah pemimpin yang buruk itu, Pak? Menurut saya, pemimpin yang buruk adalah pemimpin yang ditakuti. Kalau begitu, bagaimana dong pemimpin yang baik? Pemimpin yang baik, menurut saya, adalah pemimpin yang disayangi, tentu saja oleh orang-orang yang ia pimpin. Belum pernah saya menyimpan harapan besar (sekaligus ketakutan besar) sebelumnya pada negara ini, lebih tepatnya pada sosok-sosok yang akan memimpin negara ini. Pak Prabowo, salah satu kandidatnya.

Saya bilang tadi saya menyimpan harapan kecil akan ada sosok yang dapat mengubah Indonesia jadi lebih baik, yang membuat anak-anak muda peduli pada politik. Namun, meskipun kecil, Pak, saya masih menyimpan harapan itu. Harapan itu membesar saat saya meniup lilin ulang tahun tepat pada pukul 00.00 WIB memasuki tanggal 9 Juli 2014. Kekasih saya memberikan sebuah kue tart berwarna cokelat, dan ia menyuruh saya mengucapkan permohonan. Salah satu permohonan itu, Pak Prabowo, semoga Indonesia tidak dipimpin oleh seseorang yang melahirkan bibit-bibit ketakutan di dalam diri rakyatnya. Bernard Batubara."

Sementara itu, penulis cantik, Clara Ng, bercerita tentang bagaimana ia menjadikan sosok Prabowo sebagai contoh untuk mengenal sikap kesatria dan cinta Tanah Air yang selalu ditunjukkan Prabowo kepada semua orang. Namun, ia menilai anak-anak selalu butuh contoh nyata agar bisa menjadi manusia dewasa yang berkarakter.

"Mereka tidak bisa berkembang kalau hanya mengunyah kata-kata bermoral yang tak ada bukti. Dan, sungguh, anak-anak saya bisa melihat bahwa Bapak memiliki jiwa tangguh yang gagah berani."

"Sangat indah jika anak-anak saya bisa belajar bagaimana seorang Prabowo Subianto bisa mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingannya. Sudah terlalu banyak keegoisan dan kesemena-menaan di negara ini yang diperlihatkan oleh banyak petinggi; jangan sampai anak-anak tidak mengenal arti pengorbanan, rendah hati, kejujuran, empati, kebersamaan, peka, dan cinta damai.

Ayo, Pak, tunjukkan semua itu demi masa depan anak-anak Indonesia :)" tulis novelis bernama asli Clara Regina Juana ini.

Tak hanya itu, surat amat singkat juga ditulis oleh penulis populer, Seno Gumira Ajidarma.

"Mas Bowo yang baik, dengarlah hati nurani Anda, salam Seno Gumira Ajidarma," begitu tulis pemenang Khatulistiwa Literary Award ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com