Dengan sejarah Partai Golkar yang tidak pernah menjadi oposisi, atau selama ini selalu berada di dalam kekuasaan, partai berlambang pohon beringin ini dinilai lebih berpeluang besar mendukung pasangan Jokowi-JK dalam pemerintahan selama lima tahun mendatang.
“Golkar tidak pernah berada di luar kekuasaan sehingga pasti akan memainkan politik baru,” kata pengamat politik dari Universitas Airlangga, Surabaya, Haryadi, saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (15/7/2014) malam.
Terlebih lagi, dia mengatakan, saat ini, wacana musyawarah nasional luar biasa (munaslub) yang dipercepat sudah mulai mengalir di internal Golkar. Agenda munaslub adalah mengevaluasi kepemimpinan Ketua Umum Aburizal Bakrie.
Jika munaslub itu sukses, maka Golkar diyakini dapat memberikan dukungan kepada kandidat presiden dan wakil presiden lain.
Menurut Haryadi, bukan tidak mungkin Aburizal bisa tergeser dari jabatannya karena berbagai evaluasi dan penilaian atas ketidaktepatan langkah politik Partai Golkar.
Setelah gagal mengusung calon presiden ataupun wakil presiden, kini Golkar berpeluang gagal masuk ke pemerintahan karena bergabung dalam Koalisi Merah Putih.
"Soal kemudian apakah kubu Jokowi-JK akan menerima kehadiran Partai Golkar, apa pun keputusannya nanti sangat memengaruhi peta perpolitikan ke depan," ujarnya.
Menurut dia, jika kemudian pada akhirnya Jokowi-JK menolak berkoalisi, maka itu akan menjadi pendidikan politik berharga bagi partai berlambang pohon beringin itu. Dengan demikian, Golkar bisa menyadari bahwa, dalam berpolitik, partai tidak harus selalu berada di dalam kekuasaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.