Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Media Tak Lagi Dipercaya

Kompas.com - 14/07/2014, 06:24 WIB

“Apa yang dilakukan TV One bukan saja melanggar ketentuan penyiaran, tapi juga penistaan pada prinsip utama pemilu seperti memberikan kabar bohong tentang survei Gallup, membangun opini meresahkan tentang bahaya komunisme yang mendiskreditkan salah seorang kandidat presiden Joko Widodo,” tandasnya.

Permintaan serupa tak cuma dialamatkan kepada TVOne, tetapi juga kepada Metro TV yang dinilai telah menyalahgunakan frekuensi publik. Adalah Koalisi Independen Demokratisasi Penyiaran (KIDP), yang mendesak Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) segera menindaklanjuti rekomendasi Komisi Penyiaran Indonesia (KIP) mencabut izin penyelenggaraan penyiaran Metro TV dan TV One. Sebab, kedua stasiun televisi itu dianggap menyalahgunakan frekuensi publik untuk kepentingan politik peserta Pemilu Presiden 2014.

"Kami mendesak pemerintah, dalam hal ini Kemenkominfo segera merespons rekomendasi KPI agar mengevaluasi bahkan mencabut izin penyelenggaraan penyiaran Metro TV dan TV One yang mempergunakan frekuensi publik," ujar Ketua KIDP yang merupakan perwakilan dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia Eko Maryadi di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (13/7/2014).

Koalisi Independen Demokratisasi Penyiaran (KIDP) meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memberikan rekomendasi pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran kepada RCTI dan Global TV. Kedua televisi itu dinilai kerap melakukan pelanggaran selama masa kampanye pemilu yang lalu.

"KPI harus segera menjatuhkan sanksi yang sama terhadap setidaknya dua lembaga penyiaran, (yaitu) RCTI dan Global TV yang dalam amatan kami terus menerus melakukan pelanggaran," kata Ketua KIDP yang juga merupakan perwakilan dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia Eko Maryadi di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (13/7/2014).

***
Media memang harus berada di tengah. Dia harus menjadi perantara antara peristiwa dengan masyarakat. Secara etimologis, media berasal dari bahasa latin yang artinya jamak, dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6) . Sebagai penyampai pesan, media hidup dan tumbuh dari fakta-fakta yang dikelolanya menjadi berita atau informasi oleh para jurnalis yang bekerja di perusahaan media. Apa yang terjadi pada hari-hari belakangan di negeri ini, adalah fakta-fakta yang dikelola dengan tidak semestinya oleh perusahaan media yang menyeret serta para jurnalisnya untuk menjadi bagian "penggelapan" fakta karena telah berpihak secara berlebihan terhadap salah satu calon presiden.

Padahal, menurut Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001), dalam bukunya The Elements of Journalism, What Newspeople Should Know and the Public Should Expect (New York: Crown Publishers), ada sembilan elemen yang bisa menjaga kredibiltas media dan jurnalisnya sebagai penyampai pesan. Namun, saya kira, di antara sembilan elemen jurnalisme ala Bill Kovach, setidaknya ada dua elemen yang berkait langsung dengan situasi yang sedang kita hadapi saat ini. Yakni, kewajiban pada pencarian kebenaran dan loyalitas pada warga.

Kovach mengatakan, kewajiban utama jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran. Lantas, macam apakah kebenaran itu sendiri?

Sebagai sebuah kata, kebenaran memang memiliki definisi yang sedemikian luas. Pada tahun 1920, Walter Lippmann menggunakan istilah kebenaran dan berita yang bisa saling dipertukarkan dalam "Liberty and the News". Namun pada 1922, dia menulis begini : "Berita dan kebenaran bukanlah hal yang sama.... Fungsi berita adalah menandai suatu peristiwa", atau membuat orang sadar akan hal itu. Sementara, "Fungsi kebenaran adalah menerangi fakta-fakta tersembunyi, menghubungkannya satu sama lain, dan membuat sebuah gambaran realitas yang dari titik itu orang bisa bertindak".

Selang 50 tahun, kita sampai pada satu titik di mana beberapa orang menyangkal bahwa ada orang yang bisa meletakkan fakta dalam konteks yang bermakna saat membuat laporan tentang fakta tersebut.

Kesangsian bahwa tak satu kebenaran pun yang bisa dibuktikan dengan mutlak telah menyebar di semua aspek kehidupan intelektual kita, mulai dari seni, sastra, hukum, fisika, bahkan sampai sejarah. Sampai-sampai, sejarawan Colombia University Simon Schama berpendapat bahwa "kepastian kebenaran yang bisa diamati secara seksamadan bisa diverifikasi secara empiris telah mati.

Kebenaran tampaknya terlalu rumit untuk kita kejar. Atau bahkan kebenaran sesungguhnya tidak ada, mengingat kita semua individu yang subyektif.

Lalu kebenaran seperti apa sebetulnya yang dikejar oleh jurnalisme? Kovach menjawab, adalah bentuk kebenaran yang bisa dipraktikan dan fungsional. Ini bukan kebenaran dalam pengertian mutlak atau filosofis, juga bukan kebenarabn ala persamaan kimiawi. Namun jurnalisme bisa--dan harus--mengejar kebenaran di dalam pengertian yang bisa kita jalankan dari hari ke hari.

Bagi saya, kebenaran bisa diterjemahkan menjadi sangat sederhana. Adalah fakta obyektif yang tidak ditambah dan dikurangi.  

Pada poin kedua, mengenai loyalitas jurnalisme kepada warga, Bill KOvach mengatakan, "Pengertian bahwa orang-orang yang mencari dan melaporkan berita tak dihalangi saat menggali dan menyampaikan kebenaran--bahkan oleh risiko terganggunya kepentingan bisnis lain dari si pemilik media-- adalah syarat mutlak penyampaian berita, tidak hanya akurat tapi juga persuasif.

Pendek kata, pengumpul berita tidaklah seperti pegawai perusahaan lainnya. Mereka punya kewajiban sosial yang sesekali bisa benar-benar berseberangan dengan kepentingan  utama majikan mereka, sekalipun di sisi lain, kewajiban ini justru merupakan tambang emas si majikan.

Kesetiaan kepada warga adalah sinonim dari yang kita sebut independensi jurnalistik, yang bermakna tidak berat sebelah, ketidakterikatan dan tidak ketidakberpihakan.
***
Sungguh, peristiwa politik sekitar Pilpres 2014 telah memberikan pelajaran yang berharga kepada insan media dan juga bangsa ini. Perusahaan-perusahaan media yang dimiliki oleh mereka yang hanya berlatar bisnis ternyata belum memahami benar bahwa mengelola bisnis media sangat berbeda dengan mengelola bisnis plastik, kain, sabun, dan barang-barang serta jasa lainnya. Produk media adalah informasi yang bersandar pada fakta dan kebenaran agar masyarakat mendapatkan berita yang berimbang dan obyektif. Perusahaan media yang mengaburkan fakta demi tujuan-tujuan pribadi pemilik atau wartawannya, sesungguhnya sedang menggali kuburnya sendiri.

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Resmi Jadi Wapres Terpilih Pilpres 2024, Gibran Punya Harta Rp 25,5 M

Resmi Jadi Wapres Terpilih Pilpres 2024, Gibran Punya Harta Rp 25,5 M

Nasional
Momen Anies Baswedan Pamitan dengan Satgas Pengamanan yang Mengawalnya selama Pilpres...

Momen Anies Baswedan Pamitan dengan Satgas Pengamanan yang Mengawalnya selama Pilpres...

Nasional
Titiek Soeharto Tersipu Saat Ditanya Kemungkinan Dampingi Prabowo

Titiek Soeharto Tersipu Saat Ditanya Kemungkinan Dampingi Prabowo

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Terima Kasih ke Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Terima Kasih ke Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud

Nasional
Ceritakan Pengalaman Kunjungi Berbagai RSUD, Jokowi: Alatnya Puluhan Miliar, Tapi Ruangannya Payah ...

Ceritakan Pengalaman Kunjungi Berbagai RSUD, Jokowi: Alatnya Puluhan Miliar, Tapi Ruangannya Payah ...

Nasional
DPP PKB Gelar Karpet Merah Menyusul Kabar Rencana Kedatangan Prabowo

DPP PKB Gelar Karpet Merah Menyusul Kabar Rencana Kedatangan Prabowo

Nasional
Momen Prabowo Guncangkan Badan Anies Sambil Tertawa Usai Jadi Presiden Terpilih

Momen Prabowo Guncangkan Badan Anies Sambil Tertawa Usai Jadi Presiden Terpilih

Nasional
Prabowo: Saya Akan Berjuang untuk Seluruh Rakyat, Termasuk yang Tidak Memilih Saya

Prabowo: Saya Akan Berjuang untuk Seluruh Rakyat, Termasuk yang Tidak Memilih Saya

Nasional
PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran di KPU

PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran di KPU

Nasional
Singgung Debat Capres yang Panas, Prabowo: Kita Tetap Satu Keluarga Besar

Singgung Debat Capres yang Panas, Prabowo: Kita Tetap Satu Keluarga Besar

Nasional
Sapa Anies-Muhaimin, Prabowo: Saya Pernah di Posisi Anda, Senyuman Anda Berat Sekali

Sapa Anies-Muhaimin, Prabowo: Saya Pernah di Posisi Anda, Senyuman Anda Berat Sekali

Nasional
KPK Sebut Hakim Itong Mulai Cicil Bayar Uang Denda dan Pengganti

KPK Sebut Hakim Itong Mulai Cicil Bayar Uang Denda dan Pengganti

Nasional
Tak Seperti PKB-PKS, Nasdem Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran di KPU

Tak Seperti PKB-PKS, Nasdem Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran di KPU

Nasional
Resmi Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Sapa Anies-Cak Imin: Yang Saya Cintai...

Resmi Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Sapa Anies-Cak Imin: Yang Saya Cintai...

Nasional
Prabowo-Gibran Ditetapkan Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Tepuk Tangan Bergema Berulang Kali

Prabowo-Gibran Ditetapkan Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Tepuk Tangan Bergema Berulang Kali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com