"Mbak milih di mana?" tanya si bapak sopir taksi, Suparman (56), Senin (30/6/2014), membuka percakapan di tengah macetnya jalanan Ibu Kota.
"Di Jakarta, Pak. Bapak di mana?" saya balik bertanya.
"Mbak warga Jakarta? Saya ya di sini juga, enggak mungkin pulang kampung, duitnya buat pulang Lebaran. Baru kelar ngurus A5 kemarin," katanya.
Selanjutnya, ia mengisahkan, baru kali ini semangat ingin menggunakan hak pilihnya. "Dulu-dulu males. Yang menang udah ketebak. Kali ini, siapa pun yang menang, pemimpin baru buat kita," ujar dia.
Dinamika di tengah sesama sopir taksi pun dikisahkan Suparman. Menurut dia, perdebatan yang terjadi antara pendukung kubu yang satu dan yang lain tak "sepanas" pemilu-pemilu sebelumnya.
"Justru rame. Asal enggak sampe gontok-gontokan. Kalau sopir taksi kumpul, ada yang dukung satu, ada yang dua. Berdebat rame banget. Ya enggak apa-apa, semua bebas berpendapat, asal enggak sampe berantem," katanya sambil tertawa.
Tak usah disebut pasangan mana yang dipilihnya. Terpenting, motivasi dan apa harapannya untuk Indonesia pasca pemilu.
"Setiap rakyat kan punya harapan bisa hidup lebih sejahtera, siapa pun pemimpinnya. Sederhana saja," ujar dia.
Menurut Suparman, antusiasme nyoblos tak hanya dirasakanya. Sejumlah rekannya, bahkan ada yang memilih pulang kampung supaya bisa menggunakan hak pilihnya.
"Karena banyak yang ngurus, tapi belum berhasil. Daripada enggak bisa nyoblos, mereka katanya mau pulang kampung," kata Suparman.
Semangat Suparman dan mereka yang tak ingin kehilangan hak pilihnya selayaknya muncul dalam setiap pesta demokrasi. Mereka ambil bagian untuk memilih pemimpin negeri dan tak berdiam diri. Selamat memilih!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.