Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Sebut "Tukang Mebel Tak Pantas Jadi Presiden", Kini Ruhut "Jatuh Cinta" kepada Jokowi

Kompas.com - 24/06/2014, 07:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam politik, tak ada lawan yang abadi. Mungkin adagium ini cocok menggambarkan dukungan yang disampaikan politisi Demokrat, Ruhut Sitompul, untuk calon presiden Joko Widodo dan calon wakil presiden Jusuf Kalla. Berbagai serangan dan pernyataan keras yang cenderung kasar kerap dilontarkan Ruhut. Ia juga pernah menyebut Jokowi sebagai tukang mebel sehingga tak pantas menjadi presiden. Pernyataan itu disampaikannya pada 19 Mei 2013, saat menanggapi hasil survei berbagai lembaga yang menempatkan Jokowi sebagai kandidat capres dengan elektabilitas tertinggi. 

Berikut ini beberapa pernyataan Ruhut yang bersifat mengkritik dan menyerang Jokowi:

1. Ruhut: Tak Pantas, Tukang Mebel Jadi Presiden

Ruhut mengaku heran karena banyak lembaga survei menempatkan Jokowi dalam posisi teratas sebagai kandidat capres dengan elektabilitas tertinggi. Alasannya, kata dia, kinerja Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta berantakan. Satu tahun masa jabatan, persoalan Ibu Kota, antara lain kemacetan dan banjir, tak satu pun yang dituntaskan.

"Masih ada yang jagoin? Hancur begitu. Itu survei dulu, sekarang lihat jalan makin macet, banjir di mana-mana, sudah enggak pantas dia jadi presiden. Gimana, jadi Wali Kota Solo saja gagal, tukang mebel mau jadi capres," kata Ruhut, Minggu (19/5/2013).

2. Kata Ruhut, Jokowi Belum Pantas Pimpin Indonesia

Agustus 2013, pernyataan Ruhut belum bergeser. Ia masih berpendapat, Jokowi belum pantas untuk memimpin Indonesia. Saat itu, ia menanggapi hasil survei Kompas, Juni 2013, yang menyebutkan elektabilitas Jokowi melampaui para pendahulunya di ranah politik, seperti Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, dan Megawati Soekarnoputri, serta sejumlah nama yang ikut dalam Konvensi Capres Partai Demokrat.

"Orang itu jika presiden jadi apa? Ini kan ada orang yang mendorong Jokowi jadi media darling, orang-orang yang menginginkan negara ini hancur," kata Ruhut, seperti dikutip Tribunnews.com, Selasa (27/8/2013).

"Ini Indonesia, sekarang saja Jakarta semakin macet, semua yang diurus kan masih punya Foke. PDI-P saja masih waspada soal adanya upaya media darling. Emang bisa dia jadi presiden, kunci dia kan ada di Bu Mega," ujar Ruhut.

3. Jakarta Banjir, Ruhut Sebut "Blusukan" Jokowi Sia-sia

Pada Januari 2014, Ruhut mengkritik Jokowi karena banjir masih melanda Ibu Kota. Ia menyebut blusukan yang kerap dilakukan Jokowi sia-sia.

"Terbukti blusukan-nya percuma, satu tahun, gimana mau mengurus Indonesia kalau mau mengurus Jakarta saja tidak bisa?" kata Ruhut sebagaimana dikutip Warta Kota, Senin (13/1/2014).

4. Ruhut: Jokowi Presiden, tetapi Jadi RI-4, Bukan RI-1

Pernyataan ini disampaikannya pasca-Jokowi mendeklarasikan diri akan maju bersama Jusuf Kalla. Kali ini, Ruhut meragukan performa Jokowi jika terpilih sebagai presiden. Menurut dia, anggapan orang yang mengatakan bahwa, jika Jokowi menjadi presiden, maka dia tak akan menjadi RI-1 yang sesungguhnya, ada benarnya.

"Enggak salah juga kalau ada yang bilang Jokowi kalau jadi presiden bukan RI," ujarnya kepada wartawan di Kompleks Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (26/5/2014).

Ruhut mengatakan, pendapat ini didasari situasi internal PDI Perjuangan yang dinilainya sangat berjenjang dengan keberadaan Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri dan putrinya, yang juga Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI-P, Puan Maharani.

"JK kan kadang-kadang juga jadi the real president. RI-1 bisa Bu Mega, bisa JK. RI-3 kan ada Puan, Bos. Ada yang bilang Jokowi RI-4. Aku bilang biar sama nomor urut PDI-P," kata Ruhut.

Kini dukung Jokowi

Pada Senin (23/6/2014), Ruhut mengaku berubah pikiran setelah melihat slogan yang diangkat Jokowi-JK, yakni "Indonesia Hebat". Menurut dia, kalimat itu bentuk pujian tidak langsung kepada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Artinya, mereka mengakui keberhasilan SBY selama 10 tahun ini, makanya dikatakan 'Indonesia Hebat'," kata Ruhut.

Ia membandingkannya dengan slogan yang diangkat pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, yaitu "Indonesia Bangkit".

"Bangkit apanya? Memangnya selama ini SBY tidur?" sindir Ruhut.

Ruhut mengaku bahwa pilihannya kepada Jokowi-JK juga disebabkan rasa kecewa atas sikap partai-partai koalisi yang tak sepenuh hati dalam mendukung SBY. Terlebih lagi, Prabowo-Hatta kini mengkritik pemerintahan SBY dengan menyebut ada kebocoran anggaran. Padahal, kata Ruhut, Prabowo-Hatta di hadapan ratusan pengurus Demokrat sudah berjanji akan meneruskan program SBY.

"Aku ini kritis, melihat mereka tidak konsisten. Mereka ini kan didukung partai koalisi pemerintahan sekarang, tetapi malah nyerang kita dengan sebut 'bocor... bocor....' Seharusnya, dia berkaca dan tanya dulu ke Pak Hatta bagaimana," ujar Ruhut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com