Meski dukungan kepada kedua kubu sudah cenderung mengeras, sesungguhnya peluang berubah masih tetap ada karena ruang yang tersisa di luar arena pendukung fanatik kedua pasangan kandidat masih cukup lebar.
Jumlah yang resisten terhadap calon nomor urut satu, Prabowo-Hatta, berdasarkan survei, disuarakan oleh 33,6 persen suara. Sebaliknya, yang menolak pasangan Jokowi-JK berkisar 30,6 persen.
Di luar suara kedua kelompok pendukung fanatik tersebut masih tersisa 35,8 persen. Dari jumlah itu, yang menjatuhkan pilihannya kepada Jokowi-JK sebanyak 27,2 persen, sedangkan Prabowo-Hatta sebanyak 19 persen. Sisanya, 53,8 persen, akan sangat bergantung pada perkembangan politik ke depan.
Pergeseran pemilih
Hasil survei longitudinal dengan responden yang sama ini juga memberikan gambaran telah terjadinya pergeseran pemilih meski kecil.
Mereka yang sebelum Pemilu Legislatif (9 April 2014) memilih Prabowo Subianto cukup solid untuk terus mendukung pasangan Prabowo-Hatta (84,5 persen). Demikian juga dengan pemilih yang tadinya memilih Joko Widodo, kini, juga cenderung memilih pasangan Jokowi-JK (80,6 persen).
Meski demikian, sebanyak 6,7 persen suara pemilih Prabowo ada yang lari ke pasangan lawannya dalam dua bulan terakhir. Sebaliknya, sebanyak 5,9 persen pemilih Jokowi berpindah ke Prabowo-Hatta.
Debat kandidat dan isu-isu baru yang strategis dalam 18 hari ke depan akan memainkan peranan besar dalam menarik dukungan.
Hasil Pemilu Presiden 9 Juli nanti akan sangat bergantung pada apakah salah satu kubu akan lebih mampu menarik massa mengambang dan pemilih yang masih ragu-ragu ke kubunya atau tidak. (Litbang Kompas)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.