KOMPAS.com — Warga kelas menengah dan terdidik di Indonesia lebih menaruh hati kepada sosok calon presiden Prabowo Subianto. Hal itu terungkap dari hasil survei yang dipaparkan oleh Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam seminar "Memilih Presiden yang Pro Kelestarian Hutan dan HAM" di Jakarta, Rabu (18/6/2014).
"Kelas menengah yang terdidik lebih suka dengan gagasan yang berapi-api, jatuh cinta pada Prabowo," kata Burhanuddin.
Kelas menengah terdidik yang memilih Prabowo tidak terkait dengan gender. "Perempuan yang terdidik juga lebih memilih Prabowo," ujarnya.
Yang mengherankan, kata Burhanuddin, dari pilihan itu bukan subyek yang dipilih, melainkan alasan pemilihan calon presiden. Ia menuturkan, kelas menengah terdidik masa kini ternyata cenderung emosional dalam memilih calon presiden yang tepat. Banyak warga kelas menengah menentukan pilihannya dengan dasar kualitas personal yang hanya dilandasi persepsi.
"Ini yang mengherankan. Kok bisa orang dengan pendidikan tinggi lebih ke sana," kata Burhanuddin.
Menurut dia, perlu ada studi terkait kelas menengah yang lahir dalam 8 tahun terakhir, terutama tentang cara berpikirnya. Ia menengarai warga kelas menengah yang muncul 8 tahun terakhir secara fisik dan pendapatan baik, tetapi mindset-nya kurang.
Hasil survei terbaru dari sejumlah lembaga riset, elektabilitas Joko Widodo-Jusuf Kalla menurun, sementara Prabowo-Hatta merangkak naik. Berdasarkan survei terkini Indikator Politik Indonesia, selisih kedua calon capres-cawapres kira-kira 8 persen.
Menurut Burhanuddin, naiknya elektabilitas Prabowo-Hatta terkait dengan banyaknya anggota masyarakat yang percaya dengan black campaign tentang Jokowi dan tidak efektifnya kampanye negatif tentang Prabowo terkait isu hak asasi manusia. Prabowo-Hatta memiliki keunggulan pada kriteria-kriteria pemimpin lama, seperti kompetensi dan kepemimpinan. Adapun Jokowi-JK punya keunggulan pada soal integritas dan empati yang merupakan nilai-nilai pemimpin baru.
Sayangnya, kata Burhanuddin, warga yang peduli pada kejujuran sebagai indikator integritas justru berkurang. Tahun 2013, 60 persen warga Indonesia mengutamakan kejujuran. Kini, hanya tinggal 40 persen. Hal ini juga memengaruhi turunnya elektabilitas Jokowi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.