Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICW: Kubu Prabowo-Hatta Lebih Banyak Tersandera Kasus Korupsi

Kompas.com - 15/06/2014, 16:30 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Kubu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dinilai lebih tersandera kasus-kasus korupsi dibandingkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla. Partai pendukung Prabowo-Hatta lebih banyak yang tersangkut kasus korupsi di KPK dibandingkan partai pendukung Jokowi-Kalla.

"Dalam kaitan isu korupsi, saya lihat ada kecenderungan kubu nomor satu lebih banyak tersandera parpol terkait kasus korupsi yang ditangani KPK," kata anggota Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch, Emerson Yuntho, dalam acara Membedah Visi Misi Capres-Cawapres 2014, Jokowi-Kalla atau Prabowo-Hatta, Siapakah yang Lebih Bersih dari Korupsi di Jakarta, Minggu (15/6/2014).

Emerson lalu memaparkan kasus-kasus yang menjerat partai politik pendukung Prabowo-Hatta. Partai Amanat Nasional, katanya, tersandera kasus hibah kereta api listrik bekas yang menyeret Hatta. Terkait penyidikan kasus ini, KPK pernah memeriksa Hatta sebagai saksi. (baca: KPK Periksa Hatta Rajasa)

Selain kasus KRL bekas, kata Emerson, ada kasus korupsi dana penyesuaian infrastruktur daerah (DPID) yang menyeret politikus PAN Wa Ode Nurhayati. (baca: Kasasi Ditolak, KPK Eksekusi Wa Ode)

Kemudian, Partai Golkar, kata Emerson, tersandera kasus korupsi pengadaan Al Quran yang menjerat kadernya, Zulkarnain Jabar (baca: Zulkarnaen Djabar Divonis 15 Tahun Penjara), serta kasus korupsi PON Riau yang melibatkan petinggi Partai Golkar, Rusli Zainal (baca: Dugaan korupsi PON).

"Kasus Rusli Zainal juga menyebut-nyebut beberapa nama petinggi Partai Golkar, kemudian suap simulator Polri (baca: Skandal Korupsi Proyek Simulator SIM) yang akan memberikan uang dalam kardus kepada anggota dewan Partai Golkar, dan proyek pembangunan pusdiklat kejaksaan yang sudah dilaporkan kepada KPK," ucap Emerson.

Sementara itu, Partai Persatuan Pembangunan, kata Emerson, tersandera kasus dugaan korupsi penyelenggaraan haji (baca: KPK Tetapkan Menteri Agama Suryadharma Ali Tersangka). Kasus ini menjerat Ketua Umum PPP Suryadharma Ali. Bukan hanya itu, katanya, PPP juga tersandera kasus dugaan suap tukar-menukar lahan di Bogor yang menjerat politikus PPP sekaligus Bupati Bogor, Rachmat Yasin. (baca: Kronologi Penangkapan Rachmat Yasin)

Partai pendukung Prabowo-Hatta lainnya yang dianggap tersandera kasus korupsi adalah Partai Keadilan Sejahtera. Mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq divonis bersalah dalam kasus korupsi dan pencucian uang penetapan kuota impor daging sapi. (baca: Luthfi Hasan Ishaaq Divonis 16 Tahun Penjara)

"Dari perspektif saya, kasus ini belum selesai, ini belum clear," ucap Emerson.

Di samping itu, Emerson menyebut, kasus dugaan korupsi SKRT yang menyeret-nyeret pemimpin Partai Bulan Bintang MS Kaban. (baca: MS Kaban Dapat Dijerat Hukuman)

Di sisi lain, kubu Jokowi-Kalla tidak terlepas dari sandera kasus korupsi. Dia menyebut kasus suap cek perjalanan yang menjerat sejumlah politikus PDI-Perjuangan (baca: kasus cek perjalanan) dan kasus dugaan korupsi pengalokasian dana percepatan infrastruktur yang menyeret nama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar selaku Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (baca: Kesaksian Ali Mudhori Penting untuk Ungkap Keterlibatan Muhaimin)

"Dari pemetan kasus-kasus tersebut, bobot tersanderanya lebih banyak tersandera kubu Prabowo Hatta," tambah Emerson.

Dia juga menilai, kubu Prabowo-Hatta lebih banyak diisi politisi yang menginginkan revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dilanjutkan. Padahal, menurut Emerson, draf RUU tersebut berpotensi melemahkan kewenangan KPK. (baca: Kontroversi RUU KUHAP/KUHP)

"Cuma ada dua partai yang tidak ingin revisi dilanjutkan, yakni PDI-P dan Gerindra," ucapnya.

Emerson juga menyampaikan, menilai kualitas capres-cawapres terkait pemberantasan korupsi tidak hanya dengan melihat rekam jejak pasangan capres-cawapres tersebut, tetapi juga rekam jejak partai-partai pendukungnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

Nasional
Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Nasional
MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
4 Jenderal Bagikan Takjil di Jalan, Polri: Wujud Mendekatkan Diri ke Masyarakat

4 Jenderal Bagikan Takjil di Jalan, Polri: Wujud Mendekatkan Diri ke Masyarakat

Nasional
Berkelakar, Gus Miftah: Saya Curiga Bahlil Jadi Menteri Bukan karena Prestasi, tetapi Lucu

Berkelakar, Gus Miftah: Saya Curiga Bahlil Jadi Menteri Bukan karena Prestasi, tetapi Lucu

Nasional
Dua Menteri PDI-P Tak Hadiri Bukber Bareng Jokowi, Azwar Anas Sebut Tak Terkait Politik

Dua Menteri PDI-P Tak Hadiri Bukber Bareng Jokowi, Azwar Anas Sebut Tak Terkait Politik

Nasional
Tak Cuma Demokrat, Airlangga Ungkap Banyak Kader Golkar Siap Tempati Posisi Menteri

Tak Cuma Demokrat, Airlangga Ungkap Banyak Kader Golkar Siap Tempati Posisi Menteri

Nasional
Menko Polhukam Pastikan Pengamanan Rangkaian Perayaan Paskah di Indonesia

Menko Polhukam Pastikan Pengamanan Rangkaian Perayaan Paskah di Indonesia

Nasional
Enam Menteri Jokowi, Ketua DPR, Ketua MPR, dan Kapolri Belum Lapor LHKPN

Enam Menteri Jokowi, Ketua DPR, Ketua MPR, dan Kapolri Belum Lapor LHKPN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com