Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden dan Ketua Umum, tetapi Mantan...

Kompas.com - 11/04/2014, 15:28 WIB


KOMPAS.com -- Banyak hal bisa terjadi di dalam penjara. Selain bisa makin meneguhkan ideologi dan keyakinan, penjara bisa juga membuat mereka yang mendekam mengubah keyakinannya. Tempat pemungutan suara khusus Komisi Pemberantasan Korupsi di Jakarta, Rabu (9/4), jadi saksi. Di dekat lantai dasar gedung ini, tahanan biasa dikunjungi tamunya tiap kali jadwal berkunjung tiba.

Ada 23 tahanan kasus korupsi di KPK yang ikut menggunakan hak pilihnya. Beberapa orang di antaranya adalah politisi nomor satu di partainya, seperti mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq dan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Selain itu, ada juga mantan Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat Andi Mallarangeng serta mantan anggota DPR dari Partai Golkar, Akil Mochtar dan Chairun Nisa.

Di luar ke-23 tahanan yang mencoblos ini, ada satu nama politikus lagi, Izedrik Emir Moeis. Namun, politikus PDI-P itu masih dirawat di Rumah Sakit Harapan Kita dan dibantarkan dari statusnya sebagai tahanan.

Tahanan korupsi, apalagi mantan orang nomor satu di partai yang fenomenal, cukup menarik bagi media untuk diliput. Meski yang menggunakan hak pilih di TPS khusus itu hanya 23 orang, jumlah wartawan yang meliput hampir dua kali lipat.

KPK tetap memberikan hak memilih kepada mereka karena undang-undang melindungi hak memilih itu. Sejauh ini, tuntutan agar pengadilan mencabut hak politik terdakwa kasus korupsi untuk dipilih sebagai pejabat publik di masa yang akan datang belum pernah dikabulkan hakim.

Pilihan politisi yang jadi tahanan KPK ini menarik karena sebagian di antaranya diekspresikan langsung dan terbuka. Luthfi mendapat giliran pertama mencoblos. Seperti biasa, dia tersenyum lebar. Setelah mencoblos, Luthfi menunjukkan kelingkingnya yang bertinta dengan mengacungkannya bersama jari manis dan jari tengah. Isyarat angka tiga.

Sampai mati

Sebagai mantan orang nomor satu, tak seorang pun meragukan ”kadar” ke-PKS-annya. Meski jarang dikunjungi kawannya, Luthfi mengaku tidak berpaling. ”Saya sampai mati PKS,” ujar Luthfi, sambil menuju mobil tahanan yang kembali membawanya ke Rutan Guntur.

Sikap yang tetap loyal juga ditunjukkan Andi Mallarangeng yang mengenakan batik biru lengan panjang. Pada hari pencoblosan itu, banyak petinggi Demokrat yang juga mengenakan pakaian warna biru. Sebuah tanda nyata di tengah tuntutan pemilu yang harus rahasia.

Berbeda dengan Luthfi dan Andi adalah Anas. Tidak mengagetkan sebenarnya karena sejak ditetapkan sebagai tersangka, mantan anggota KPU ini mengambil posisi berseberangan dengan Susilo Bambang Yudhoyono, presiden yang menggantikannya sebagai Ketua Umum Demokrat. ”Partai yang saya pilih biasanya menang,” kata Anas seusai mencoblos.(KHAERUDIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com