Hal membingungkan ketika menganalisis peta jaringan PDI Perjuangan. Di PDI-P ternyata tak ada yang dominan menjadi panglima perang. Akun @jokowi_do2 memang banyak pengikutnya, tetapi tak menjadi akun dominan untuk mengampanyekan PDI-P.
Akun @pdi_perjuangan berusaha menjadi juru bicara PDI-P. Namun, dalam peta jaringan percakapan, suaranya tenggelam oleh percakapan ”tetangga”. Percakapan dengan sentimen positif memang banyak disumbang dari akun-akun sukarelawan PDI-P dan Jokowi. Akan tetapi, hingga pekan lalu, suara mereka belum dominan.
Golkar tampak tak memiliki pola kampanye yang beraturan karena tak ada akun yang dominan. Akun @aburizalbakrie dan @golkar5 tenggelam oleh percakapan kompetitor.
Dari Partai Demokrat, akun dominan adalah @dipoilhamdjalil, @ulil, serta @farhatabbaslaw.
Sementara itu, Gerindra memunculkan akun dominan @fadlizon, @gerindra, baru disusul @prabowo08.
Percakapan tentang PKB memang masih belum melimpah, tetapi pola kampanye media sosial terdeteksi dari @beritapkb dan @dkngardabangsa. Hal sama terjadi pada PBB, memunculkan akun dominan dari @pbb_ntb dan @yusrilihza_mhd.
PPP terdeteksi tak punya panglima signifikan. Terdeteksi akun @dpp_ppp yang belum mampu dominan. Nasdem memunculkan @ferrymbaldan, @nasdem. Adapun Hanura memunculkan @hary_tanoe dan @wiranto1947. Sementara itu, PKPI tak memiliki panglima di media sosial.
Kelas menengah
Pengamat politik Charta Politika Yunarto Wijaya menduga perbincangan di media sosial tidak menggambarkan lapisan masyarakat keseluruhan. Pasalnya, pengguna media sosial terbatas pada kelas menengah dan pemilih muda di kawasan urban.
”Meskipun demikian, kelas menengah adalah kelas yang bisa memengaruhi kelompok masyarakat lainnya. Kelas menengah diisi, antara lain, oleh pelaku usaha yang mempunyai banyak anak buah. Ia bisa memengaruhi bawahannya untuk mengikuti preferensinya terhadap parpol atau capres,” kata Yunarto.
Dengan demikian, analisis percakapan di media sosial juga cukup jitu untuk memperkirakan parpol atau capres yang akan menang dalam Pemilu 2014. (AMR/FAJ/NTA)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.