Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei: Demokrasi Indonesia Fokus kepada Tokoh

Kompas.com - 25/02/2014, 15:32 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah 15 tahun masa reformasi, Indonesia disebutkan telah memiliki sistem demokrasi yang semakin baik secara aturan formal. Namun, demokrasi yang ada di Indonesia masih mengarah pada politik yang berbasis ketokohan. Hal ini terungkap dari hasil temuan penelitian yang dilakukan Power Welfare and Democracy (PWD) Universitas Gadjah Mada dan University of Oslo.

Peneliti UGM, Amalinda Savirani, mengungkapkan survei dilakukan untuk memotret kondisi demokrasi Indonesia saat ini dan kaitannya dengan kesejahteraan. Sebanyak 592 orang menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan di 28 kabupaten/kota dan 2 daerah istimewa. Hasilnya, Amalinda mengungkapkan demokrasi Indonesia telah berkembang menuju ke arah yang lebih baik, tetapi demokrasi yang terbentuk mengarah pada politik berbasis ketokohan.

"Maksudnya jenis politik yang fokus pada figur-figur individual, khususnya mereka yang menduduki posisi seperti pimpinan daerah," ujar Amalinda dalam diskusi di Kompleks Parlemen, Selasa (25/2/2014).

Amalinda menuturkan, temuan itu diperkuat dengan jenis strategi yang digunakan aktor untuk mendapatkan kekuasaan. Strategi yang kerap dilakukan adalah menggunakan uang dan otoritas individual. Partai politik, sebut Amalinda, ternyata tidak penting lagi dalam politik.

"Kalaupun aktor menggunakan organisasi, dia bersifat pragmatis. Organisasi digunakan untuk memobilisasi pemilih saat pemilu. Saat pemilu usai, organisasi terlupakan," kata Amalinda.

Politisik berbasis figur, lanjutnya, ditandai dengan kebutuhan figur yang populer melalui media massa. Mereka lebih peduli pada upaya memperkuat basis kekuasaan dan popularitasnya daripada membuka dan mengajak perdebatan tentang kebijakan. Contoh paling nyata dari bentuk politik ini adalah politik pencitraan.

Dalam hal penerapan aturan main, Amalinda menuturkan, responden menilai demokrasi Indonesia telah berkembang menuju ke arah yang lebih baik, terutama dalan penerapan aturan main pemilu. Salah satu yang berhasil diterapkan Indonesia adalah pemilu elektoral yang sudah dilakukan sejak 1999.

Di dalam penelitian ini disebutkan, indikator kebebasan dan peluang yang sama untuk mengakses wacana publik dan pengelolaan kehidupan mandiri warga negara yang demokratis adalah dua hal yang ditanggapi positif. Sementara itu, indikator seperti tata pemerintahan yang demokratis dan kemandirian pemerintah dalam membuat dan menerapkan aturan, masih belum dimaknai baik.

"Perbedaan kualitas demokrasi antara satu dan yang lain menunjukkan adanya stagnansi dalam demokrasi di Indonesia," papar Amalinda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com