Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Posisi Risma Menandakan PDI-P Masih Partai Otoriter

Kompas.com - 19/02/2014, 12:56 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA,KOMPAS.com
 — Pakar Komunikasi Politik Tjipta Lesmana menilai, keinginan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani mundur dari jabatannya lantaran sikap otoriter PDI Perjuangan. Menurut dia, PDI-P masih bergantung pada Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri.

"Posisi Risma ini menandakan PDI-P sampai hari ini masih partai otoriter, kekuasaan Megawati masih sangat kuat di sana," kata Tjipta saat dihubungi Kompas.com, Rabu (19/2/2014) siang.

Tjipta mengatakan, sikap otoriter tersebut telah membuat proses pemilihan Wakil Wali Kota Surabaya yang baru menjadi tidak transparan. Pemilihan Wisnu Sakti Buana sebagai Wakil Wali Kota, kata dia, tidak pernah diketahui Risma.

Wisnu yang sebelumnya menjabat Wakil Ketua DPRD Surabaya menggantikan posisi Bambang Dwi Hartono yang mundur ketika maju pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur pada 2013.

KOMPAS.com/Indra Akuntono Pengamat politik Tjipta Lesmana


Wisnu dipilih dalam forum paripurna anggota DPRD Surabaya yang sempat alot karena tarik ulur kepentingan politik di internal DPRD Surabaya, November 2013. Wisnu juga adalah Ketua DPC PDI-P Surabaya.

Setelah pelantikan Wisnu, Risma sempat tak menunjukkan batang hidungnya di Pemkot Surabaya. Kabar perseteruan antara Risma dan Wisnu pun semakin kuat. Bahkan, ada tudingan bahwa Wisnu dipersiapkan untuk menggeser posisi Risma.

Oleh karena itu, menurut Tjipta, wajar jika Risma marah dan ingin mundur dari jabatannya. Menurut dia, setiap orang yang ada di posisi Risma pasti akan merasakan hal yang serupa.

“Kalau saya jadi Risma juga, jelas saya kesal. Partai macam apa ini? Sebagai wali kota tentu berhak tahu siapa wakilnya,” ujar dia.

Tjipta menambahkan, Megawati harus turun tangan langsung dalam mengurus konflik internal ini. Presiden ke-5 Indonesia itu diminta untuk meyakinkan Risma bahwa posisinya aman sebagai wali kota dan tidak akan terganggu dengan masalah ini.

Penyelesaian konflik ini, lanjut dia, harus dilakukan sesegera mungkin. Pasalnya, sudah ada partai lain yang terang-terangan mengonfrontasi konflik ini. “Ini, kan, tahun politik, sudah ada yang mau coba goyang-goyang, mengonfrontir, bahkan ngomong terang-terangan bahwa mau rekrut Risma. Ini harus diantisipasi oleh PDI-P,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Presiden Jokowi Ucapkan Selamat saat Bertemu Prabowo Semalam

Presiden Jokowi Ucapkan Selamat saat Bertemu Prabowo Semalam

Nasional
Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Nasional
CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

Nasional
Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Jokowi Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Semua Pihak Pasca-Pilpres

Jokowi Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Semua Pihak Pasca-Pilpres

Nasional
Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Nasional
Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Nasional
Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Nasional
Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Nasional
Jelang Disidang Dewas KPK karena Masalah Etik, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

Jelang Disidang Dewas KPK karena Masalah Etik, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

Nasional
Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Nasional
PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

Nasional
Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Nasional
Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Nasional
TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P 'Happy' di Zaman SBY...

TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P "Happy" di Zaman SBY...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com