JAKARTA, KOMPAS.com - Televisi masih menjadi sumber utama bagi masyarakat untuk mendapatkan berbagai informasi, tak terkecuali informasi mengenai Pemilu 2014. Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) bekerjasama dengan lembaga survei asal Washington DC, IFES, televisi menjadi sumber utama informasi mengenai pemilu.
"Kita ajukan pertanyaan kepada responden, sumber-sumber manakah yang Anda gunakan untuk mendapatkan informasi tentang Pemilu 2014?" kata Peneliti IFES Rakesh Sharma saat merilis hasil survei di Jakarta, Selasa (11/2/2014).
Hasilnya, responden yang menjawab televisi sebanyak 65 persen. Angka tersebut jauh dibandingkan urutan kedua, yakni responden yang menjawab dari keluarga dan teman (17 persen).
Di urutan ketiga, adalah ketua RT (16 persen). Kepala Desa/Lurah berada satu ututan dibawahnya (12 persen). Koran/majalah, dan poster, pamflet serta billboard menempati urutan kelima dan keenam dengan masing-masing mendapatkan 10 persen.
Sisanya, secara berurut adalah internet (5 persen), radio (4 persen), bincang-bincang tidak resmi (4 persen), panitia pemilu (3 persen), caleg/pengurus partai (2 persen), dan pertemuan keagamaan (1 persen).
"Saat diajukan pertanyaan, manakah dari cara-cara berikut yang paling efektif untuk mengajak masyarakat memilih, televisi kembali mendominasi," lanjut Rakesh.
Iklan kampanye di televisi, menurut 36 persen responden, akan menjadi alat yang paling efektif untuk mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pemilu. Sementara, pertemuan informal, program acara di televisi/radio, serta debat dialog antar kandidat, mendapatkan suara masing-masing 8 persen responden.
Sisanya, secara berurut adalah penggunaan poster, bendera dan banner (5 persen), pertemuan keagamaan (5 persen), penggunaan brosur/selebaran (3 persen), iklan kampanye di media cetak (2 persen), seminar (1 persen), lainnya (5 persen) dan tidak menjawab (9 persen).
Meski demikian, survei ini juga menunjukkan kalau masyarakat mulai berhati-hati dalam menyaring pemberitaan di televisi. Sebanyak 71 persen responden mengaku setuju apabila pemilih harus mulai berhati-hati dalam menerima pemberitaan yang disiarkan di televisi.
Sebanyak 15 persen lainnya bahkan menjawab sangat setuju. Hanya 4 persen yang mengaku tidak setuju, sementara 10 persen lainnya mengaku tidak tahu/tidak menjawab. "Ini kemungkinan besar karena masyarakat sudah tahu media dimiliki oleh tokoh parpol," pungkas Rakesh.
Survei tersebut dilakukan pada 17-30 Desember 2013 dengan mewawancarai 1890 responden yang tersebar di 33 provinsi Indonesia. Margin of error survei itu kurang lebih 2,3 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei ini disebut dibiayai oleh LSI dan IFES, tanpa biaya dari sponsor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.