Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapolri Ingatkan Adanya Bahaya pada Masa Transisi Pemerintahan

Kompas.com - 11/02/2014, 17:34 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Polri Jenderal Sutarman mengingatkan seluruh elemen yang terkait pelaksanaan pemilihan umum agar benar-benar menjaga seluruh proses dan tahapan pemilu berjalan sesuai dengan jadwal. Hal ini perlu dilakukan supaya tidak terjadi kekosongan kekuasaan. Sutarman menengarai akan ada kelompok yang akan mengambil alih pemerintahan pada masa transisi tersebut.

"Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, harus dipastikan bahwa tanggal 20 (Oktober) itu jangan sampai kekosongan sedikit pun, tidak ada pemimpin. Tidak ada pemimpin itu artinya ada kelompok ambil alih, ini sangat rawan," ujar Sutarman dalam acara Rapat Koordinasi Nasional Pemantapan Pemilu, Selasa (11/2/2014) di Jakarta.

Sutarman meminta agar seluruh aparat kepolisian melakukan deteksi agar tidak ada siapa pun yang akan menghambat proses pelantikan presiden dan wakil presiden. Jika posisi presiden dan wapres kosong, Sutarman mengatakan, maka akan menjadi ancaman besar bagi negara ini.

"Ini penting, saya ingatkan. Akan ada yang ambil alih seseorang, bukan Kapolri. Kapolri tidak ingin ambil alih," kata Sutarman.

Menurut Sutarman, jika masa transisi berjalan tidak lancar, maka akan menganggu pemerintahan di masa datang. Hal ini dikarenakan tidak ada aturan yang mengatur tentang pemerintahan di masa transisi tersebut. Untuk itu, Sutarman mendorong agar perdamaian tetap dijaga. "Silakan kritik disampaikan, tapi jangan cara-cara kekerasan sehingga ganggu tahapan pemilu," kata dia.

Sebelumnya, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono memberikan 13 instruksi kepada seluruh jajaran pemerintah terkait penyelenggaran Pemilu 2014. Dalam pemaparannya itu, Presiden meminta agar seluruh lembaga dan instansi menyukseskan pemilu agar berlangsung damai, adil, dan demokratis. Presiden juga menyoroti masalah netralitas pemerintah pusat dan daerah, Polri, dan TNI. Presiden yakin dalam pelaksanaan pemilu, suhu politik akan meningkat.

"Cegah dan tiadakan hal-hal yang bisa menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu, apalagi fitnah," katanya.

Presiden bercerita soal seringnya pemerintah dianggap melakukan kecurangan. Menurut Presiden, pemerintah terdiri dari beragam parpol berbeda sehingga sistem yang berlaku sekarang ini sulit memunculkan kecurangan itu. Kalaupun ada yang berniat curang, kata Presiden, tidak mudah untuk lakukan kecurangan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com