Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lembaga Survei Australia: PDIP dan Jokowi Jawara Pemilu 2014

Kompas.com - 19/01/2014, 16:08 WIB
Kontributor Singapura, Ericssen

Penulis


SINGAPURA, KOMPAS.com - Keunggulan PDIP dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tidak hanya terlihat di survei lembaga Indonesia. Survei yang diselenggarakan lembaga survei Australia, Roy Morgan, menempatkan keduanya sebagai jawara pemilihan umum.

Untuk calon presiden, survei Roy Morgan menempatkan Jokowi di posisi pertama dengan perolehan hingga 41 persen. Di urutan kedua, Prabowo Subianto meraup angka 15 persen, sedangkan Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie terpaut tipis dengan perolehan 13 persen.

Nama lainnya hanya meraih satu digit suara. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, masing-masing meraih 6 persen dan 5 persen. Capres peserta Konvensi Demokrat, Dahlan Iskan meraup 5 persen.

Sementara itu, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyusul dengan masing-masing 2 persen. Dari seluruh responden yang disurvei, 11 persen di antaranya mendukung kandidat lain yang perolehan suaranya di bawah 1 persen dan 8 persen menyatakan rahasia.

Survei partai memperlihatkan bagaimana PDIP perlahan tapi pasti meninggalkan partai lain. PDIP memimpin dengan perolehan 29 persen, unggul dari Golkar dengan 21 persen.

Berbeda dengan sejumlah survei tanah air, Partai Demokrat masih mampu meraih 14 persen. Gerindra terpaut tipis dengan perolehan 12 persen. PAN, PKB, PKS, Hanura masing-masing meraih 5 persen. PPP 2 persen, dan PBB serta PKPI masing-masing0 persen.

Survei Morgan yang dirilis bulan ini diselenggarakan November 2013, dengan sampel proporsional 2.960 pemilih tersebar di 33 provinsi.

Pertanyaan survey yang diajukan adalah sebagai berikut, “Jika pemilu legislative dan pemilu presiden diselenggarakan sekarang, siapakah partai dan kandidat yang dipilih?”

Roy Morgan selama ini adalah lembaga yang paling akurat dalam memprediksi hasil pemilu Australia bulan September lalu, dan hanya berselisih 0,01 persen.

Peneliti Morgan Debnath Guharoy menganalisis fenomena melesatnya Jokowi telah mencapai level yang tidak pernah terbayangkan di demokrasi multipartai. Jokowi telah mendorong melesatnya suara PDIP.

Debnath menambahkan, dengan beberapa bulan lagi menjelang pemilu, kandidat lainnya sudah hampir kehabisan waktu untuk membangun image menyamai Jokowi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Jika Nanti Jadi Presiden, Anies Ingin Indonesia Tak Cuma Dekat dengan China

Jika Nanti Jadi Presiden, Anies Ingin Indonesia Tak Cuma Dekat dengan China

Nasional
Ridwan Kamil Sebut Prabowo Kampanye di Ponpes 'Kandang' PPP demi Rezeki: Bisa Rupiah, Bisa Elektoral

Ridwan Kamil Sebut Prabowo Kampanye di Ponpes "Kandang" PPP demi Rezeki: Bisa Rupiah, Bisa Elektoral

Nasional
Muhaimin Tak Ingin Beasiswa Hanya Untuk Universitas Negeri: Swasta Banting Tulang

Muhaimin Tak Ingin Beasiswa Hanya Untuk Universitas Negeri: Swasta Banting Tulang

Nasional
'Pede' soal Debat Cawapres, Anies: Muhaimin Punya Pengalaman Luar Biasa

"Pede" soal Debat Cawapres, Anies: Muhaimin Punya Pengalaman Luar Biasa

Nasional
Debat Cawapres Dihilangkan, Anies: Belum Dibicarakan Sudah Ditetapkan

Debat Cawapres Dihilangkan, Anies: Belum Dibicarakan Sudah Ditetapkan

Nasional
Ditanya Urgensi Bangun IKN, Anies: Tanya Dubes di Sini, Ada Rencana Pindah Kantor Enggak?

Ditanya Urgensi Bangun IKN, Anies: Tanya Dubes di Sini, Ada Rencana Pindah Kantor Enggak?

Nasional
Bagikan Koin Menhan ke Anak-anak di Tasikmalaya, Prabowo: Kalau Sudah Besar, Ingat Saya Pernah ke Sini

Bagikan Koin Menhan ke Anak-anak di Tasikmalaya, Prabowo: Kalau Sudah Besar, Ingat Saya Pernah ke Sini

Nasional
Ajak Mahasiswa Berpikir Besar soal Indonesia, Muhaimin: Kalau Pikirkan Diri Sendiri Nanti Gaji Pas-pasan

Ajak Mahasiswa Berpikir Besar soal Indonesia, Muhaimin: Kalau Pikirkan Diri Sendiri Nanti Gaji Pas-pasan

Nasional
Prabowo Yakin Menang karena Didukung Jokowi, Muhaimin: Saya Yakin itu Klaim

Prabowo Yakin Menang karena Didukung Jokowi, Muhaimin: Saya Yakin itu Klaim

Nasional
Sebut Demokrasi di Dunia Mundur, Anies: Mau Dibilang Otoriter, Belum Nampak

Sebut Demokrasi di Dunia Mundur, Anies: Mau Dibilang Otoriter, Belum Nampak

Nasional
Gelagat Anies saat Ditanya Pilih ASEAN atau G20: Lirik Duta Besar, Minta Tak Dengarkan Jawabannya

Gelagat Anies saat Ditanya Pilih ASEAN atau G20: Lirik Duta Besar, Minta Tak Dengarkan Jawabannya

Nasional
Jika Terpilih Jadi Presiden, Anies Ingin Kunjungi Palestina

Jika Terpilih Jadi Presiden, Anies Ingin Kunjungi Palestina

Nasional
Debat Cawapres Dihilangkan, Anies: Kami Terkejut Belum Dibicarakan, Sudah Ditetapkan

Debat Cawapres Dihilangkan, Anies: Kami Terkejut Belum Dibicarakan, Sudah Ditetapkan

Nasional
Jokowi Sayangkan Sikap Eropa yang Ragukan Komitmen Pelestarian Hutan Indonesia

Jokowi Sayangkan Sikap Eropa yang Ragukan Komitmen Pelestarian Hutan Indonesia

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Ungkap Belum Ada Kesepakatan Format Debat Capres-Cawapres

TPN Ganjar-Mahfud Ungkap Belum Ada Kesepakatan Format Debat Capres-Cawapres

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com