Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Kompas: Golkar Bersaing dalam Satu Ceruk

Kompas.com - 11/01/2014, 17:52 WIB

KOMPAS.com - Dalam kurun waktu setahun terakhir, penetrasi politik Partai Golkar pada massa pemilih melambat. Namun, dibandingkan dengan partai lain, hanya Golkar yang menghasilkan paling banyak calon presiden, yang kini satu sama lain bersaing ketat.

Survei pemilih Kompas menunjukkan kecenderungan stagnasi dukungan kepada Golkar. Jika pada Desember 2012 Golkar masih menguasai posisi puncak, dengan dukungan 15,4 persen pemilih, belakangan mulai tersalip Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Saat ini, dukungan terhadap Golkar diperkirakan 16,5 persen.

Jika kondisi demikian tetap berlangsung, hal itu akan menjadi batu sandungan bagi Golkar dalam Pemilu 2014. Padahal, dari sisi potensi massa pemilih, jika Golkar dapat ditafsirkan sebagai induk genealogi partai-partai politik nasionalis ”tengah” yang saat ini berkiprah, ceruknya lebar dan dalam.

Apabila proporsi dukungan yang kini dikuasai Golkar dipadukan dengan karakter dukungan yang dimiliki Partai Nasdem, Hanura, atau Gerindra yang para pemimpinnya pernah memiliki peran di Golkar, tidak kurang dari 41 persen massa pendukung yang terkuasai. Proporsi sebesar itu jelas menjadi ceruk dukungan yang sulit ditandingi oleh kekuatan mana pun.

Ceruk tersebut diisi kalangan beragam latar belakang. Hasil survei ini menunjukkan, baik dari sisi jenis kelamin, jenjang pendidikan, status ekonomi, perimbangan agama, maupun perimbangan geopolitik Jawa-luar Jawa, semua mencerminkan miniatur populasi masyarakat negeri ini. Agak membedakan dengan ceruk kekuatan politik lainnya jika dilakukan pemilahan psikografik.

Berdasarkan dikotomi pragmatis-idealis, misalnya, warna pragmatisme mendominasi para pemilih di ceruk ini. Di sisi lain, kecenderungan para pemilih yang bersifat konservatif agak kuat melekat ketimbang mereka yang berkarakter progresif. Para pendukungnya tampak lebih banyak yang mengagungkan nilai kesetaraan dalam struktur sosio-politik masyarakat daripada yang bersifat hierarkis.

Namun, faktanya, ceruk dukungan itu terkoyak. Terpecah, membentuk kelompok-kelompok dukungan dalam naungan beberapa partai. Pengelompokan dapat diidentikkan dengan sosok yang membangun partai itu.

Fakta historis menunjukkan, pada saat sosok-sosok dominan merasa tidak sejalan satu sama lain, saat itu pula partai baru dibentuk. Persoalan semacam ini seolah sudah menjadi rumusan baku dari genealogi partai politik di negeri ini.

Pendukung rapuh

Ancaman stagnasi dukungan bisa jadi kini tengah dihadapi Golkar. Namun, di sisi lain dalam kontestasi politik, perebutan kursi kepresidenan masih berkilau. Empat dari enam deretan atas popularitas calon presiden terkuasai oleh sosok Golkar atau sosok yang pernah bersentuhan dengan partai ini.

Selain Aburizal Bakrie yang dicalonkan Golkar sebagai presiden, sosok mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla masih menjadi rujukan dukungan para pemilih. Adapun mereka yang kini berada di luar Golkar antara lain Prabowo Subianto, pendiri Gerindra, yang sebelumnya pernah berkontestasi dalam konvensi calon presiden Golkar pada 2004. Terdapat pula Wiranto, yang pernah menjadi calon presiden dari Golkar pada 2004, yang kini lekat dengan Partai Hanura. Kedua sosok itu berada di papan atas dengan perolehan dukungan cukup signifikan. Di luar deretan papan atas, masih ada sosok Surya Paloh, juga peserta konvensi presiden Golkar pada 2004, yang kini sosoknya identik dengan Partai Nasdem.

Dominasi jumlah sosok dalam papan atas dukungan calon presiden mengindikasikan betapa produktifnya rumah Golkar melahirkan petarung politik kelas wahid di negeri ini.

Persoalannya, Golkar sebagai partai dengan begitu banyak jumlah calon presiden yang dihasilkan tidak dengan sendirinya semakin mengefektifkan gerak penguasaan partai ataupun setiap sosok dalam meningkatkan besaran dukungan. Yang terjadi, justru pada momen menjelang Pemilu 2014 kali ini, Golkar ataupun calon-calon presiden yang diproduksinya dihadapkan pada situasi rapuhnya pola dukungan.

Pertama, belum solidnya pemilih partai ini dapat dilihat dari loyalitas pemilih dari waktu ke waktu. Hasil survei menunjukkan, setidaknya baru separuh (54 persen) pemilih Golkar yang tergolong loyal (Grafik). Yang berpindah dukungan masih tergolong besar.

Di satu sisi, daya tarik PDI- P mampu mengalihkan hingga 9 persen pendukung semula Golkar. Di sisi lain, Hanura, Gerindra, dan Nasdem bahkan mampu mengambil alih hingga 21 persen pendukung Golkar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Nasional
Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Nasional
Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com