Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suryadharma: Tahun Penentuan, Pantaskah Indonesia Jadi Kuburan Partai Islam?

Kompas.com - 09/01/2014, 09:42 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Islam semakin kehilangan pamor. Di dalam berbagai survei, tidak ada satu pun tokoh dari partai Islam yang berhasil masuk tiga besar dalam kontestasi kandidat calon presiden 2014. Partai Islam masih berada di posisi tengah dan sebagian besar tidak menetapkan target yang ambisius.

Hal ini pun disadari Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali saat berbincang dengan Kompas.com di Jakarta, Kamis (9/1/2014).

"Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia, negara dengan kuota haji terbesar, negara dengan mayoritas warganya beragama Islam. Tapi, peran partai politik Islam masih sangat kecil," ujar Suryadharma.

Suryadharma melihat kalahnya pamor partai Islam dengan partai nasionalis lantaran kini masyarakat tidak lagi tahu batasan ideologi antarpartai yang ada di Indonesia. Di sisi lain, ia berpendapat partai Islam selalu mencari ceruk suara yang sama sehingga sangat wajar jika partai Islam tidak pernah menjadi partai yang besar.

"Masalahnya, semua berlomba-lomba ambil suara di lahan yang sama," katanya.

Oleh karena itu, Suryadharma mengaku wajar melihat partai Islam seperti Partai Amanat Nasional dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kini mendeklarasikan diri bukan lagi sebagai partai Islam, melainkan partai nasionalis untuk mencari suara yang lebih luas.

Menteri Agama RI itu menuturkan, partai Islam memang sudah saatnya memperluas jangkauan suaranya dan tidak lagi terus-menerus berharap suara dari kalangan pesantren dan kiai yang lebih banyak terfokus di Pulau Jawa.

Meski demikian, Suryadharma mengaku partainya tetap akan konsisten mendeklarasikan diri sebagai partai Islam. Namun, lanjutnya, PPP menyosialisasikan Islam sebagai agama yang terbuka terhadap semua keragaman yang ada di Indonesia.

Dengan kondisi tidak populernya partai Islam, menurutnya, basis massa partainya kini pun tak lagi hanya sebatas kalangan pesantren. Dia mengklaim, PPP kini sudah diterima di kalangan Islam "abangan" atau Islam yang lebih mengikuti kepercayaan adat istiadat daripada syariah.

"Pada saat ini, dukungan terhadap PPP tidak terbatas pada santri dan kiai. 'Abangan' sekarang juga concern kepada PPP," ungkapnya.

Suryadharma yakin dengan perubahan ini partai Islam bisa mendapat peran sentral dalam Pemilu 2014 mendatang. Untuk PPP, sebut dia, kondisi saat ini juga merupakan prospek yang baik.

Meski dalam survei PPP selalu terseok dan sulit menembus angka 5 persen, Suryadharma tetap optimistis PPP bisa mencapai target suara 10-12 persen.

"Dari beberapa pemilu yang lalu, PPP mengalami penurunan terus-menerus. Tahun 2014 ini, akan menjadi pertaruhan besar PPP apakah bisa melampaui parliamentary treshold atau tidak. Sekaligus penentuan, pantaskah Indonesia menjadi kuburan bagi partai Islam?" pungkas Suryadharma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

Nasional
Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

Nasional
Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

Nasional
Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Nasional
Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Nasional
Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Nasional
Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Nasional
Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Nasional
Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Nasional
Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Nasional
Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com