Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marzuki: Kalau Jadi Presiden, Ada Menteri Korupsi, Saya Mundur!

Kompas.com - 06/01/2014, 17:17 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie, yang juga peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, mengatakan, harus ada tindakan tegas sebagai komitmen pemberantasan korupsi. Ia mengungkapkan, seorang presiden harus turun hingga level di bawah menteri jika ditemukan indikasi korupsi. Jika terpilih menjadi presiden, Marzuki mengaku akan mundur kalau ada menterinya yang korupsi.

“Kalau saya jadi presiden, saya akan turun sampai ke dua atau tiga tingkat ke bawah. Ini yang tidak dilakukan pemerintahan saat ini. Kalau ada direktur korupsi, saya akan minta pertanggungjawaban dirjen harus mundur. Kalau dirjen korupsi, maka menteri bersangkutan harus mundur. Kalau saya jadi presiden, maka saya akan siap mundur kalau menterinya korupsi,” kata Marzuki saat berkunjung ke Redaksi Kompas.com, Senin (6/1/2014).

Menurut Marzuki, cara-cara frontal seperti ini belum pernah dilakukan pemimpin negeri ini. Untuk kasus korupsi, kata dia, seharusnya ada terobosan yang dilakukan karena situasi darurat.

Terkait dengan transaksi dan kongkalikong terkait proyek-proyek, Marzuki mengaku sudah memiliki pengalaman panjang dengan oknum-oknum nakal yang berusaha menyuapnya. “Tapi, saya selalu hadapi itu, saya katakan tidak ada titipan proyek atas nama Marzuki Alie. Selama saya jadi Ketua DPR, alhamdulillah tidak satu proyek pun saya sentuh,” ujarnya.

Sebagai Ketua DPR, lanjut Marzuki, banyak orang menganggap dirinya bermain proyek di DPR. Terakhir, nama Marzuki memang sempat dikaitkan dalam kasus pembangunan gedung baru DPR. Marzuki disebut menerima uang pelicin dari salah satu perusahaan konstruksi pelat merah. Dia menyangkalnya. Sejak awal menjabat di DPR, Marzuki mengaku sudah meminta pihak Sekretariat Jenderal agar tidak menerima orang yang mengaku sebagai "titipan" Marzuki Alie.

“Kalau ada yang menuduh saya, saya akan hadapi. Ini menyangkut martabat, saya tidak bisa tolerir lagi karena orang kan akan menilai saya dari opini-opini itu. Kalau jadi presiden, ada yang berusaha seperti itu, saya akan minta BIN itu usut selidiki ini orang bagaimana,” katanya sambil tertawa.

“Saya bersuara keras, supaya semua orang tahu dan supaya saya malu kalau berbalik dari perkataan saya. Ini komitmen saya, dan saya akan tetap konsisten,” kata pria asal Sumatera Selatan ini.

Kalau diberikan kesempatan memimpin negara, Marzuki mengaku sudah mempunyai konsep untuk merestrukturisasi kementerian dan lembaga. Dia mengusulkan agar inspektorat di setiap kementerian dan lembaga langsung di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden.

“Jadi, dia akan menjadi mata, telinga bagi presiden. Kalau ada yang tidak benar, pecat saja. Selama ini inspektorat berada di bawah kementerian, tidak akan pernah bisa membuka boroknya, justru menjadi bagian dari kementerian itu sendiri,” kata Marzuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

20 Sengketa Pileg Dikabulkan MK, KPU Segera Himpun Jajaran Daerah Bahas PSU

20 Sengketa Pileg Dikabulkan MK, KPU Segera Himpun Jajaran Daerah Bahas PSU

Nasional
Ditemui Ketua Presidium MER-C, Menko Polhukam Bahas Renovasi RS Indonesia yang Hancur di Gaza

Ditemui Ketua Presidium MER-C, Menko Polhukam Bahas Renovasi RS Indonesia yang Hancur di Gaza

Nasional
Jaksa Agung Lantik Asep Nana Mulyana Jadi Jampidum, Harli Siregar Jadi Kapuspenkum Kejagung

Jaksa Agung Lantik Asep Nana Mulyana Jadi Jampidum, Harli Siregar Jadi Kapuspenkum Kejagung

Nasional
Kunjungi Posyandu di Kebayoran Baru, Jokowi: Dalam Rangka Bulan Penimbangan Balita

Kunjungi Posyandu di Kebayoran Baru, Jokowi: Dalam Rangka Bulan Penimbangan Balita

Nasional
Berisik Malam Hari yang Bikin Ganggu Tetangga Bisa Dipenjara

Berisik Malam Hari yang Bikin Ganggu Tetangga Bisa Dipenjara

Nasional
Jokowi Akui Bertemu Ketum Parpol, tapi Tak Bahas 'Reshuffle' Kabinet

Jokowi Akui Bertemu Ketum Parpol, tapi Tak Bahas "Reshuffle" Kabinet

Nasional
Hindari Diskriminasi, Pemerintah Didorong Beri Insentif bagi Perusahaan yang Terapkan Cuti Sesuai UU KIA

Hindari Diskriminasi, Pemerintah Didorong Beri Insentif bagi Perusahaan yang Terapkan Cuti Sesuai UU KIA

Nasional
Atasi Krisis Jemaah Haji Tanpa Visa, Timwas Haji DPR Serukan Pengawasan dan Kolaborasi Antarnegara

Atasi Krisis Jemaah Haji Tanpa Visa, Timwas Haji DPR Serukan Pengawasan dan Kolaborasi Antarnegara

Nasional
Optimalisasi Kinerja dan Segarkan Posisi, Gus Halim Lantik Pimpinan Tinggi Pratama di Kemendesa PDTT

Optimalisasi Kinerja dan Segarkan Posisi, Gus Halim Lantik Pimpinan Tinggi Pratama di Kemendesa PDTT

Nasional
Jokowi Akan Nonton Pertandingan Indonesia Vs Filipina di GBK

Jokowi Akan Nonton Pertandingan Indonesia Vs Filipina di GBK

Nasional
DPR Libatkan Sejumlah Komisi untuk Perkuat Pengawasan Ibadah Haji 2024

DPR Libatkan Sejumlah Komisi untuk Perkuat Pengawasan Ibadah Haji 2024

Nasional
Upacara 17 Agustus Digelar di Jakarta dan IKN, Jokowi: Masa Transisi

Upacara 17 Agustus Digelar di Jakarta dan IKN, Jokowi: Masa Transisi

Nasional
 Bareskrim: Polisi Thailand Sudah Bergerak Buru Fredy Pratama

Bareskrim: Polisi Thailand Sudah Bergerak Buru Fredy Pratama

Nasional
Cuti Ayah Masih Minim, UU KIA Dinilai Bakukan Peran Domestik untuk Ibu

Cuti Ayah Masih Minim, UU KIA Dinilai Bakukan Peran Domestik untuk Ibu

Nasional
Pansel Diminta Berani Tolak Pimpinan KPK Jadi Jatah Pihak Tertentu

Pansel Diminta Berani Tolak Pimpinan KPK Jadi Jatah Pihak Tertentu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com