JAKARTA, KOMPAS.com
— Aparat kepolisian menemukan dokumen berupa tulisan tangan yang berisi rencana merekrut anggota untuk melakukan penyerangan kantor kepolisian sektor dan aksi bom bunuh diri. Tulisan itu ditemukan di rumah kontrakan Daeng alias Dayat di Jalan Delima, Kampung Setu No 69, RT 008 RW 002, Kelurahan Rempoa, Ciputat.

”Di rumah kontrakan Dayat ditemukan empat kantong plastik berisi serbuk putih, kertas yang ditempeli paku-paku, satu gulungan kawat kecil, dokumen tulisan tangan berisi rekrutmen melakukan idad, penyerangan polsek, dan aksi bom bunuh diri,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar, di Jakarta, Kamis (2/2) siang.

Akan tetapi, lanjut Boy, dalam dokumen itu belum terungkap di mana dan kapan rencana penyerangan polsek tersebut. ”Polsek mana saja,” katanya saat ditanya polsek mana yang menjadi target serangan. Dokumen itu juga tidak mencantumkan calon pelaku bom bunuh diri atau ”pengantin”.

Selain di rumah Dayat, lanjut Boy, aparat kepolisian juga menggeledah rumah Anton alias Septi di Banyumas, Jawa Tengah, Rabu kemarin. Dalam penggeledahan di rumah Anton, polisi menemukan pen gun dan sembilan peluru kaliber 38, uang tunai Rp 90 juta, pisau sangkur, dokumen jihad, dan seperangkat komputer.

Boy menambahkan, Anton merupakan tersangka teroris yang menjadi eksekutor peledakan Wihara Ekayana. Dari penangkapan Anton di Banyumas pada Selasa siang itulah didapat informasi tentang rumah kontrakan Dayat, yang kemudian diketahui berada di Gang Haji Hasan, RT 004 RW 007, Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan.

Polisi lalu menggerebek rumah kontrakan itu dan menembak mati enam terduga teroris. Lima orang yang ditembak di dalam rumah kontrakan adalah Nurul Haq alias Dirman, Oji alias Tomo, Rizal alias Teguh alias Sabar, Hendi, dan Edo alias Amril.

Adapun Dayat tewas ditembak saat mengendarai motor di Gang Haji Hasan, tidak jauh dari rumah kontrakan. Satu orang lagi ditangkap dalam keadaan hidup adalah Anton alias Septi.

Seperti diberitakan, Kepala Polri Jenderal (Pol) Sutarman mengungkapkan, enam terduga teroris ditembak dan satu tersangka ditangkap di Banyumas. Mereka yang merupakan kelompok Abu Roban diduga melakukan fa’i atau perampokan BRI di Tangerang beberapa waktu lalu serta terlibat dalam penembakan polisi di Tangerang Selatan.

Selain itu, mereka juga diduga melakukan peledakan bom di Wihara Ekayana, merencanakan peledakan bom di Kedutaan Besar Myanmar, dan merencanakan peledakan bom malam Natal 2013.

Boy mengatakan, tim Disaster Victim Identification (DVI) saat ini masih berupaya melakukan identifikasi terhadap tersangka yang mati ditembak untuk memastikan jati diri atau identitas mereka. ”Nama-nama itu, kan, baru nama-nama alias yang disampaikan Anton,” katanya.

Proses identifikasi, seperti pemeriksaan DNA, menurut Boy, tidak bisa cepat karena dibutuhkan data atau sampel pembanding dari pihak keluarga. Pihak keluarga biasanya sudah berpisah lama dengan para tersangka yang melakukan aksi-aksi terorisme.

Masih dijaga ketat

Sementara itu, hingga siang ini, polisi masih menjaga ketat lokasi penggerebekan di Ciputat. Puluhan polisi bersenjata terlihat siaga di sekitar rumah kontrakan yang dihuni Dayat dan kawan-kawan.

Penggerebekan yang menewaskan enam terduga teroris itu berlangsung sekitar 10 jam dari 31 Desember hingga 1 Januari 2014 dini hari.

Garis polisi masih dipasang di Gang Hasan, sekitar 300 meter dari lokasi kontrakan yang digerebek. Dua polisi bersenjata laras panjang terlihat berjaga.

Untuk bisa mendekat ke lokasi penggerebekan, warga bisa melewati Jalan AMD. Namun, di sekitar rumah kontrakan yang ditempati Dayat dan kawan-kawan itu juga terpasang garis polisi. Rumah kontrakan yang, menurut warga, bekas dapur itu sudah ditutup dan dikelilingi pagar dari tripleks.

Hadi (21), warga yang rumahnya berjarak sekitar 50 meter dari lokasi penggerebekan, mengatakan, penghuni kontrakan itu tidak bersosialisasi dengan warga sekitar meski sudah satu tahun tinggal di kontrakan itu. ”Paling kalau ketemu sekadar menyapa basa-basi atau senyum saja,” katanya.

Dia mengungkapkan, warga tidak curiga karena penampilan keenam orang itu tidak ada yang aneh atau mencurigakan. ”Pakaiannya biasa saja, kadang cuma bercelana kolor, pakai kaus singlet,” ujar Hadi.

Sudarmin (50), warga yang tinggal di samping kontrakan itu, juga kaget karena tidak mengira tetangganya menjadi target polisi. ”Bilangnya kuli bahan kain. Pagi pergi keluar, pulang sore atau malam,” ujar Sudarmin tentang pekerjaan para pengontrak.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Heru Pranoto seusai meninjau lokasi mengatakan, pihaknya akan berusaha segera membuka garis polisi kalau pemeriksaan lokasi kejadian sudah selesai. ”Secepatnya dibuka,” ucapnya. ()