Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/12/2013, 10:38 WIB

KOMPAS.com
- PADA akhir 2013 ini beragam permintaan seluruh umat manusia menyerbu ”Departemen Pengabulan Doa” di surga. Para malaikat terpaksa kerja lembur menyeleksi jutaan doa yang pantas dan tidak pantas diajukan kepada Tuhan. Doa standar seperti harapan atas keselamatan manusia dan dunia langsung diloloskan.

Namun, doa-doa ”krusial”, misalnya doa para koruptor agar dibebaskan dari hukuman, sengaja mereka tahan. Dalih mereka, doa macam itu tidak pantas diajukan kepada Tuhan.

Para malaikat sangat yakin bahwa Tuhan berada di belakang para penegak hukum dan lembaga peradilan yang bersih. Tuhan sangat membenci dan mengutuk korupsi dan koruptor yang telah menghancurkan masa depan umat manusia, ciptaan-Nya.

Ketika para malaikat hendak istirahat, tiba-tiba muncul gemerencang doa dan permintaan yang keras mengentak. Setelah diselidiki, ternyata suara itu datang dari para tokoh elite  Indonesia. Mereka ingin menjadi presiden Republik Indonesia. Para malaikat merasa sungkan menyampaikan permintaan itu kepada Tuhan.

Bagi para malaikat, Tuhan terlalu mulia untuk dimohon mengurusi permintaan klise yang rutin muncul setiap lima tahun sekali itu. Apalagi, kebanyakan calon dan presiden petahana tampak kurang serius. Ketika dikabulkan permintaannya menjadi presiden, umumnya mereka melempem menjalankan tugas-tugas profetik dan lupa janji-janjinya.

Lalu, persoalan ketidakadilan dan korupsi tetap saja menjadi menu rutin dalam kepemimpinan mereka. Mereka selalu berdalih ”sedang belajar memimpin negara” tanpa memberi batasan waktu masa belajarnya.
Kesatria politik

Para malaikat geleng-geleng kepala. Betapa degradasinya bangsa ini, pikir mereka. Di negeri ini tidak muncul lagi  banyak pemimpin sejati seperti pada saat awal negeri ini berdiri. Waktu itu para malaikat bisa tersenyum melihat generasi bangsa ini yang tampil trengginas membangun peradaban bangsa.

Secara fisik mereka tampil sangat sederhana bahkan hidup pas-pasan, tetapi kepala mereka selalu mendidih dan menderu seperti mesin lokomotif. Perjalanan menempuh bermil-mil persoalan ditunaikan dengan jiwa yang bersih. Satu-satunya pamrih hanyalah mewujudkan kesejahteraan bangsa.

Generasi negarawan itu  adalah para kesatria politik yang berani pasang badan terhadap segala risiko dalam memimpin perubahan. Mereka menjalani peran politik secara bermartabat: berbasis etik dan etos.

Etika mendorong mereka menjalankan peran dan fungsi politik untuk mewujudkan cita-cita sosial: masyarakat bangsa berkeadilan, berkemakmuran, dan bermartabat. Etos mendorong mereka mampu menjalankan tugas-tugas profetik secara jujur, gigih, dan kreatif. Mereka membebaskan rakyat mereka dari kemiskinan dan kebodohan, serta meninggikan rakyat secara eksistensial.

Selalu monoton

”Saya sering mengelus dada mendengarkan suara hati mereka. Bunyinya selalu monoton. Hanya keuntungan, keuntungan, dan keuntungan,” keluh salah satu malaikat.

Malaikat lain pun berucap, ”Ya, tapi bagaimanapun bangsa ini harus ditolong. Masih banyak orang baik di negeri ini.”

”Caranya?” sergah malaikat yang lainnya lagi.

”Tangkap, adili, dan hukum semua koruptor Merekalah biang keladi keterpurukan negeri ini sehingga tak ada ruang bagi orang-orang baik,” ujar salah satu malaikat.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com