Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elektabilitas Jeblok, Partai Demokrat Galau?

Kompas.com - 18/12/2013, 19:38 WIB
Rahmat Fiansyah

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan, Tjipta Lesmana, mengatakan bahwa para petinggi Partai Demokrat saat ini sedang galau. Pasalnya,  Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat yang menjadi kartu truf partai gagal meningkatkan elektabilitas partai.

"Sejak konvensi diluncurkan bukannya meningkat, elektabilitas Demokrat malah menurun," katanya di Jakarta, Rabu (18/12/2013).

Menurut Tjipta, selama hampir empat bulan sejak konvensi diluncurkan, konvensi tersebut tidak mendapatkan perhatian dari publik. Dari awal, ia pun mempertanyakan para peserta konvensi yang dinilai memiliki kualitas yang kurang mumpuni. Bahkan, kata Tjipta, beberapa orang yang maju sebagai peserta konvensi diminta oleh Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.

"Ini enggak bagus buat demokrasi. Seharusnya yang maju adalah yang merasa mampu bukan disebabkan oleh big boss," ujarnya.

Ia juga menilai dalam beberapa bulan ke depan, tingkat elektabilitas partai pemenang pemilu 2009 akan ditentukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Semakin banyak kasus korupsi yang terbongkar, katanya, hal ini menyebabkan elektabilitas Demokrat akan semakin anjlok.

Dalam kesempatan yang sama, koordinator tim peneliti Reform Institute, Yudi Latif mengatakan masyarakat yang memilih Partai Demokrat pada pemilu 2009 telah kehilangan kepercayaannya. Hal ini, katanya, dapat terlihat dari survei yang dilakukan lembaganya yang menempatkan Dahlan Iskan (33,81 persen) dan Irman Gusman (6,47 persen) sebagai pilihan pemilih partai Demokrat terhadap peserta konvensi.

"Ada ketidakpercayaan terhadap orang lingkaran dalam Partai Demokrat, makanya mereka memilih orang luar, seperti Dahlan Iskan dan Irman Gusman. Bahkan, sebannyak 46 persen responden yang memilih Partai Demokrat memutuskan tidak memilih peserta konvensi," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com