"Dalam uji statistik yang kami lakukan, kita menemukan bahwa suara Demokrat lari ke (Partai) Nasdem (Nasional Demokrat)," kata koordinator tim peneliti Reform Institute, Yudi Latif, di Jakarta, Rabu (18/12/2013).
Dalam survei tersebut, elektabilitas Partai Demokrat dilampaui oleh Partai Gerindra. Turunnya elektabilitas Partai Demokrat, kata Yudi, terutama disebabkan oleh buruknya kinerja pemerintahan periode II Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berasal dari Partai Demokrat.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa kasus-kasus korupsi yang menimpa para kader Partai Demokrat juga ikut menurunkan elektabilitas partai tersebut. Adapun Partai Nasdem menempati posisi keenam dengan suara 4,8 persen.
Dalam survei tersebut, menurut Yudi, peningkatan suara Partai Nasdem hampir mirip dengan peningkatan suara Partai Gerindra dan Partai Hanura. Terkait peningkatan suara ketiga partai tersebut, ia menilai bahwa media massa, terutama televisi, memainkan peranan penting.
"Jadi, televisi cukup efektif dalam merebut swing voters. Apalagi jika dilakukan repetitif, itu bisa menciptakan memori di kepala masyarakat," katanya.
Survei nasional ini dilakukan selama tiga pekan dari tanggal 4 sampai 25 November 2013. Metode pengambilan data dilakukan melalui wawancara tatap muka terhadap 1.500 responden. Responden laki-laki dan perempuan diambil secara proporsional dan disesuaikan dengan jumlah penduduk.
Dalam survei ini, penyebaran sampel dilakukan secara proporsional dengan jumlah penduduk per provinsi. Sementara itu, di dalam provinsi, survei ini menggunakan metode multistage random sampling. Survei ini juga memiliki tingkat kepercayaan hingga 95 persen dan margin of error 2,53.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.