Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diplomasi ”Bakmi Belitung” Ala Basuki

Kompas.com - 09/12/2013, 07:50 WIB

KOMPAS.com - Mendung Jakarta terasa cocok untuk mencoba bakmi Belitung yang disajikan keluarga besar Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama di rumah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Minggu (8/12/2013) siang. Ahok khusus memboyong ibu dan tantenya dan beberapa anggota keluarga lain untuk memasak bakmi yang telah lama dikangeni Megawati.

Makan siang yang dihadiri lebih dari 20 tamu ini rahasia. Namun, rahasia terbongkar. Sejumlah wartawan yang biasa meliput kegiatan Gubernur DKI Joko Widodo menunggu Jokowi-Ahok sampai keluar dari rumah Megawati sekitar pukul 14.00.

Muncul spekulasi, ”Diplomasi Bakmi Belitung” ini penjajakan awal skenario menduetkan Jokowi-Ahok sebagai capres-cawapres.

”Skenario pertama Megawati dan Jokowi. Megawati berfungsi sebagai ’pelindung’ Jokowi dan menjalani tugas-tugas strategis, seperti di ketahanan pangan dan luar negeri,” ujar Wakil Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto.

”Skenario kedua, Jokowi diduetkan dengan yang lain. Semua tergantung yang akan terjadi Desember dan Januari ini,” tambahnya.

Seperti sering dispekulasikan, Megawati hanya menjadi ”king maker”.

Sudah muncul sejumlah nama cawapres untuk Jokowi. Salah satunya Ahok yang berusia 47 tahun. Apa pun, siang itu Ahok menjadi bintang karena tak henti menceritakan suka dan duka menjalani tugas sebagai wagub. Benang merah cerita Ahok jelas: memimpin Jakarta harus tegas tapi santai.

Megawati sengaja duduk di seberang Ahok di meja bundar setelah makan siang usai. ”Betul. Soalnya Jakarta kota keras,” timpal Megawati.

Selama sekitar setengah jam, kami tak bosan mendengar cerita Ahok. Hampir semua berisi hal-hal unik, lucu, dan ironis. Derai tawa lepas terdengar kencang mendengarkan cerita Ahok, termasuk Megawati.

Bukan rahasia, gaya Ahok mengundang kritik dari berbagai kalangan. ”Tapi gua enggak peduli. Ada pejabat nyusahin yang sempat gua tantang. ’Saya siap mati pak, bapak siap enggak?’ Setelah ngobrol empat mata, eh kami malah dekat. Ada juga preman yang mau menyerang, tapi akhirnya dia kasih tangan bilang, ’Bapak berani, saya salut’,” tutur Ahok.

Saking seringnya Ahok bersikap ”kasar”, akhirnya Jokowi yang ”halus” terpengaruh. ”Pak gubernur itu kena pengaruh buruk dari saya. Awalnya dia sopan, tapi lama-lama lebih galak,” kata Ahok sambil menunjuk Jokowi yang nyengar-nyengir saja.

Cukup haru saat dia bercerita tentang rumor rumahnya mau diserbu preman.

”Gua kasih tahu anak laki paling tua umur 15 tahun, kita mau diserbu, dia bilang siap mati. Anak nomor dua cewek bilang, ’Kalau mati kita masuk surga, kan, Pa?’ Gua jawab, ’Iya karena kita berbuat baik untuk banyak orang’. Eh, anak paling kecil baru tujuh tahun bilang, ’Kan rumah ini sudah surga Pa?’ Makanya gua rajin bawa upeti makanan untuk tetangga, kalau ada yang nyerbu boleh lompat tembok ke rumah dia,” kata Ahok disambar derai tawa kencang para tamu.

Satu lagi cerita unik Ahok sehubungan dengan seringnya mata anggaran diubah-ubah seenaknya.

”Sekarang kita bikin anggaran online. Kalau buka layar komputer ada gambar gembok. Nah, gembok itu hanya bisa dibuka dan ditutup pakai password, yang tahu cuma saya dan gubernur,” kata Ahok.

Asal tahu, mata anggaran alat tulis kantor di masa gubernur sebelumnya mencapai Rp 6 triliun per tahun! ”Tapi gua enggak mau stres, kita perbaiki saja. Kita bersyukur tugas selesai hari ini, besoknya hadapi saja yang akan terjadi,” katanya.

Seperti saya pernah tulis pas satu tahun Jokowi-Ahok memimpin Jakarta, duet ini telah unjuk diri membenahi Jakarta. Minimal warga DKI kini sudah punya rasa memiliki ibu kotanya lagi. Mungkin sudah waktunya mereka ”naik kelas”? (BUDIARTO SHAMBAZY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com