”Penyergapan itu berdasarkan informasi warga setempat,” kata Wakil Kepala Polda Papua Brigadir Jenderal (Pol) Paulus Waterpauw, Sabtu, di Jayapura. Kelompok bersenjata itu selama ini dilaporkan memeras, mengintimidasi, dan melakukan kekerasan terhadap warga.
Polisi pun menyergap kelompok itu sebagai antisipasi menjelang hari jadi Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang biasanya dirayakan pada 1 Desember. Saat aparat kembali ke kampung itu pada Sabtu pagi, kampung yang dihuni sekitar 64 keluarga tersebut telah sepi.
Warga di kampung itu diduga ikut mengungsi ke kampung lain karena takut. Meski sudah sepi, aparat menemukan bendera bintang kejora (simbol gerakan Papua merdeka) sudah dikibarkan di kantor desa.
Menurut Paulus, baku tembak antara polisi dan kelompok bersenjata pada Jumat siang berlangsung sekitar 10 menit. Anggota kelompok bersenjata sekitar 20 orang kabur. Mereka diduga lari ke hutan.
”Kelompok ini mengklaim memiliki pemimpin yang disebut sebagai Raja Cycloop,” kata Paulus. Nama itu diambil dari nama Pegunungan Cycloop yang terletak di Kabupaten Jayapura. Raja yang dimaksud berinisial AA.
Informasi yang beredar menyebutkan bahwa baku tembak itu menyebabkan salah seorang warga bersenjata tewas. Namun, polisi tidak dapat memastikan hal itu karena belum ada bukti.
Kepala Kepolisian Resor Jayapura Ajun Komisaris Besar Roycke Harry Langie mengatakan, AA merupakan kepala kampung Yongsu. Namun, pada pertengahan tahun ini, AA tidak lagi terpilih karena tidak dapat mempertanggungjawabkan dana operasional dari pemerintah daerah. ”Uang itu diduga untuk membeli sarana-sarana (senjata) yang digunakan kelompok,” katanya.
Dari penyergapan itu, polisi menyita puluhan senjata terdiri dari senjata api, senjata tajam, peluru, bom rakitan, dan alat bor. Polisi juga menyita sebuah bendera bintang kejora dan sepasang pakaian loreng khas militer.
Berdasarkan jenis senjata yang disita, Kapolda Papua Inspektur Jenderal Tito Karnavian menilai kelompok tersebut sangat berbahaya. ”Bom yang mereka pakai mirip milik teroris di Poso, Bima, dan di Jawa Tengah, tetapi lebih mematikan,” katanya.
Peledak yang dikenal sebagai bom lontong itu berupa silinder besi yang di dalamnya diisi bubuk mesiu. Ketika meledak, bom itu memiliki daya bakar, daya getaran, dan mampu melontarkan serpihan besi yang tajam. ”Mereka tak hanya menembak, tetapi mulai memiliki daya menghancurkan,” kata Tito. Ia masih mendalami penyebab kelompok bersenjata dapat memiliki jenis senjata mematikan itu. (DEN)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.