JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto mengaku prihatin dengan praktik korupsi yang semakin mengakar. Keprihatinan itu semakin menjadi ketika korupsi menyentuh hampir semua sendi negara.
Prabowo memberi contoh ketika seseorang ingin mengikuti pendidikan di Akademi Militer (Akmil) melalui cara ilegal dengan menyogok. Padahal, menurut Prabowo, bergabung dengan dunia militer itu sama dengan kontrak mati. Menjadi ironis ketika kontrak mati itu diambil setelah yang bersangkutan menyogok.
"Ini satu-satunya negara di dunia, orang mau mati malah nyogok. Kita kasihan sama orang-orang yang anaknya pengin masuk Akabri (Akmil) harus jual sawah dan kerbau di kampungnya, tapi usaha mereka hanya untuk kontrak mati," kata Prabowo dalam seminar politik di Kampus FKUI, Salemba, Jakarta, Rabu (27/11/2013).
Prabowo mengaku mendengar masih ada praktik kotor dalam seleksi di Akmil. Desas-desus uang sogokan untuk masuk Akmil, kata dia, ada yang mencapai Rp 1 miliar. "Itu konon. Tapi mungkin itu bukan Akabri di Indonesia," selorohnya.
Praktik-praktik kotor seperti itu, lanjut Prabowo, juga terjadi di sektor lain. Ia bersyukur Indonesia memiliki lembaga antikorupsi sekelas Komisi Pemberantasan Korupsi yang konsisten dan tidak tebang pilih dalam menindak semua kasus korupsi.
"Bahkan, ada Ketua MK (Mahkamah Konstitusi/Akil Mochtar), lembaga keadilan politik tertinggi yang ternyata menerima sogokan. Bisa dibayangkan, bagaimana harapan rakyat kecil pada keadilan," pungkas bakal capres itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.