Hal tersebut disampaikan Akbar dalam seminar bertajuk "Membangun Pemimpin Polri yang Berkarakter Guna Terciptanya Kepercayaan Masyarakat dalam Rangka Terwujudnya Kamtibmas yang Kondusif Menjelang 2014" di Sespimma Polri, Jakarta, Kamis (14/11/2013).
"Polri dalam menegakkan hukum harus bersifat simpatik dan empatik dalam mengatasi permasalahan yang muncul di masyarakat. Kesan militeristis yang selama ini melekat harus dihilangkan," kata Akbar.
Selama ini, kesan militer yang melekat pada Polri, menurutnya, membuat masyarakat tidak merasa terayomi. Apalagi, lanjut dia, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai macam kelompok suku dan agama.
Oleh karena itu, Polri dinilai harus menyesuaikan gaya penegakan hukumnya dengan tiap-tiap kelompok masyarakat. Dengan begitu, konflik horizontal dalam masyarakat bisa diminimalkan.
Dalam kesempatan tersebut, Akbar juga mengingatkan pentingnya peran Polri dalam melakukan pengamanan pada Pemilu 2014 mendatang. Suksesnya Pemilu 2014, menurutnya, sangat dipengaruhi oleh pengamanan yang dilakukan oleh Polri.
"Nanti pasti akan terjadi peristiwa-peristiwa, baik saat pencoblosan di TPS maupun saat penghitungan suara," ujar dia.
Polri sebagai institusi pengamanan, menurutnya, harus siap untuk meminimalkan peristiwa-peristiwa tersebut agar tidak menjadi peristiwa yang besar dalam ajang 5 tahunan itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.