Sebagai rakyat Indonesia, kata Eva, ia kehilangan sosok seorang presiden. Energi Presiden SBY dinilainya lebih banyak tercurahkan untuk isu-isu internal Partai Demokrat, dan ketegasannya nyaris tak terdengar untuk menyikapi banyaknya persoalan negara, seperti tenaga kerja Indonesia (TKI), maraknya tindak pidana korupsi, atau dukungan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi pada organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI) yang sempat disebut sebagai ormas preman oleh SBY.
"Ini ironi karena Presiden sedang melakoni peran yang pernah diprotes kepada para menterinya," kata Eva, saat dihubungi dari Jakarta, Senin (28/10/2013).
Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat ini mengatakan, Presiden SBY sempat meminta menteri-menterinya fokus pada tugas pokok dan fungsi sebagai pembantu presiden. Namun, di sisa masa jabatan yang tak lebih dari satu tahun, energi Presiden SBY justru dinilainya habis terkuras pada jabatan sebagai Ketua Umum dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.
"Tinggal setahun di pemerintahan, emergency di Partai Demokrat harus segera disudahi. Kembali ke posisi Presiden Republik Indonesia, sesuai sumpah dan janji di depan MPR," katanya.
Sebelumnya, Presiden SBY marah karena kesaksian mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq, yang menyebutnya memiliki hubungan dekat dengan Bunda Putri. Setelah itu, Presiden juga menyampaikan kegeramannya di depan ribuan kader Partai Demokrat karena menganggap ada pihak yang senang "menguliti" masalah di internal Partai Demokrat. Menyikapi hal itu, SBY meminta semua kader Partai Demokrat untuk tetap solid guna menghadapi tahun pemilihan pada 2014.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.