Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Perlu Dibentuk Dewan Etik Lembaga Survei

Kompas.com - 22/10/2013, 19:50 WIB
Sandro Gatra

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Wacana pengaturan kerja lembaga survei kembali muncul. Dewan Etik dinilai perlu dibentuk untuk menangani rilis hasil survei yang diduga hanya untuk kepentingan pihak tertentu.

"Perlu dibentuk Dewan Etik yang dipayungi negara. Seperti Dewan Pers (yang tangani pers)," kata pengamat politik Andrianof Chaniago saat diskusi Meneropong Independensi Survei Politik di Jakarta, Selasa (22/10/2013).

Diskusi itu digelar menyikapi rilis yang dilakukan lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Rilis tersebut dikritik berbagai pihak setelah menghilangkan dua tokoh terkuat untuk saat ini, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Andrianof mengatakan, jika ada masalah yang menimbulkan ketidaknyamanan pihak lain seperti kasus rilis LSI, maka Dewan Etik akan menyelesaikan. Dewan Etik bisa memberikan sanksi jika hasil survei ternyata tidak objektif.

Ia menambahkan, memang sudah ada beberapa perhimpunan lembaga survei yang bisa menangani masalah semacam itu. Namun, kata dia, lebih baik ada lembaga khusus yang bisa menjangkau semua lembaga survei.

Adrianof menganggap wajar jika lembaga survei berafiliasi dengan parpol tertentu. Hal itu biasa terjadi di negara lain. Namun, kata dia, hubungan itu tidak boleh mengorbankan nilai-nilai yang berlaku dengan tidak merekam pikiran masyarakat apa adanya.

"Kalau sudah dipengaruhi, maka instrumennya tidak lagi berpegang pada norma penelitian. Susunan pertanyaan dan pilihan jawaban bisa dirancang untuk kepentingan sempit. Rumusan pertanyaan bisa dibuat untuk memunculkan data yang direkayasa," kata Adrianof.

Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute Gun Gun Heryanto mengatakan, lembaga survei tidak salah jika dibayar parpol tertentu untuk melakukan survei. Namun, hasil survei yang dibuat untuk kepentingan elektoral parpol itu seharusnya tidak dipublikasi.

Direktur Political Communication Institute Heri Budianto menilai kerja lembaga survei semakin mengkhawatirkan. Ia melihat semakin banyak lembaga survei yang tidak mencerdaskan rakyat lantaran bekerja untuk menyenangkan pemesan.

Untuk itu, Budi menilai perlu ada pengaturan kerja lembaga survei. Ia mengaku mendukung ide yang sempat dilontarkan kalangan politisi untuk membuat akreditasi lembaga survei.

Kalau lembaga survei hanya untuk menyenangkan klien, ini tidak baik bagi perkembangan demokrasi, kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com