Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klenik Pemilu, Jimat dan Mandi Kembang Bertarif Miliaran

Kompas.com - 21/10/2013, 09:37 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Selain gencar memasang pamflet, leaflet, spanduk, dan baliho, para calon wakil rakyat juga tak sedikit yang mendatangi paranormal. Mungkin, ini pilihan untuk mereka yang tak punya cukup rasa percaya diri. Tujuannya, apalagi kalau bukan untuk memuluskan jalannya menjadi penghuni parlemen, entah di tingkat pusat maupun daerah. Ya, para calon anggota legislatif ini lebih percaya jimat dibandingkan turun untuk mendekatkan diri ke rakyat. 

Salah satu paranormal ternama, Ki Joko Bodo, yang kerap mendapatkan klien "premium" pun mulai banyak menerima permintaan dari para caleg menjelang Pemilu 2014.

“Dari dulu yang datang banyak, menjelang pemilu orang datang konsultasi. Ya mereka mintanya menang, supaya mendapat suara, supaya dipilih,” ujar Ki Joko Bodo, kepada Kompas.com, pekan lalu.

Tak hanya meminta bantuan agar lolos sebagai anggota Dewan, menurut Ki Joko Bodo, kliennya juga kerap meminta untuk mendapatkan daerah pemilihan dan nomor urut tertentu. Mereka bahkan memohon bantuan agar ditempatkan di komisi tertentu jika lolos menjadi anggota DPR.

KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES Paranormal Ki Joko Bodo berpose saat menghadiri ajang penghargaan 'SCTV Music Awards 2011' di Pekan Raya Jakarta Hall D, Kemayoran, Jakarta Utara, Jumat (29/4/2011).
“Mau komisi yang kering, mau yang basah itu bisa diatur. Ya mereka pasti minta yang basah. Untuk yang jadi anggota DPR mau maju lagi, juga biasanya datang ke saya,” ucap paranormal yang menjadikan rumahnya sebagai tempat praktik, di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Tarif miliaran rupiah

Tarif yang ditetapkan Ki Joko Bodo untuk meloloskan para caleg ini berkisar Rp 1 miliar – Rp 10 miliar. Selain para caleg, Ki Joko Bodo juga mengakui, biasanya dia diundang oleh para kandidat capres. Pada Pemilu 2009 lalu, Ki Joko Bodo mengaku membantu salah satu pasangan calon presien dan wakil presiden.

“Kalau tingkat pilpres nanti, aku diorder dulu, kalau enggak ada, mana mungkin aku duluan yang maju. Kalau pilpres biasanya 1 juta-5 juta dollar AS,” ungkap Ki Joko Bodo.

Sama seperti paranormal lainnya, Ki Joko pun menjamin kliennya akan mendapat hasil maksimal dalam Pemilu 2014 nanti. Setelah membayar sejumlah uang, para caleg atau kandidat capres ini biasanya diminta menjalankan ritual.

“Biasanya aku berikan jimat, mandi kembang, diberikan keris atau apa pun itu. Masyarakat kita masih percaya jimat-jimat ini. Jimatnya itu bisa keris, batu akik, kemudian Al Quran,” katanya.

Selain melakukan ritual, mereka yang menggunakan jasa Ki Joko Bodo juga diminta untuk berpuasa, tidak minum-minuman keras, dan tidak melakukan hubungan seksual.

“Proses sampai terpilih enggak harus menunggu dekat pemilu, bisa juga setahun sebelumnya,” katanya.

Dengan meminta bantuannya, menurut Ki Joko Bodo, para caleg ini tak perlu lagi melakukan kampanye.

“Enggak usah repot-repot turun ke dapil, langsung jadi. Wong yang mereka mau itu kok, bisa lolos tanpa pakai susah,” kata dia.

Anggota Komisi III dari Fraksi Partai Golkar Bambang Soesatyo mengakui proses pemilu merupakan sebuah arena yang penuh dengan ketidakpastian. Ia bahkan menyamakan pemilu layaknya judi togel. Namun, menurutnya, para caleg yang mendatangi paranormal sama saja dengan caleg malas.

“Itu hanya caleg yang malas dan tidak mau datang ke desa-desa,” ujar Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DJSN Sebut Penentuan Tarif KRIS Perlu Evaluasi Mendalam

DJSN Sebut Penentuan Tarif KRIS Perlu Evaluasi Mendalam

Nasional
Soal Presiden Dipilih MPR, Gerindra: Rakyat Capek atau 'Happy' dengan Gaya Sekarang?

Soal Presiden Dipilih MPR, Gerindra: Rakyat Capek atau "Happy" dengan Gaya Sekarang?

Nasional
Ditopang Produksi Domestik, Produksi Minyak Pertamina 2023 Meningkat 8 Persen

Ditopang Produksi Domestik, Produksi Minyak Pertamina 2023 Meningkat 8 Persen

Nasional
Persiapan dan Penyesuaian Doktrin TNI AU yang Adaptif Seiring Modernisasi Alutsista

Persiapan dan Penyesuaian Doktrin TNI AU yang Adaptif Seiring Modernisasi Alutsista

Nasional
Fahri Hamzah: Kalau Presiden Dipilih MPR, Pilpres Harus Berbasis 'Electoral College' Seperti di AS

Fahri Hamzah: Kalau Presiden Dipilih MPR, Pilpres Harus Berbasis "Electoral College" Seperti di AS

Nasional
PSI Serahkan Kasus Narkoba Ketua DPD Batam ke Polisi

PSI Serahkan Kasus Narkoba Ketua DPD Batam ke Polisi

Nasional
Relawan Dorong Anies Dipasangkan dengan Andika di Pilkada DKI Jakarta

Relawan Dorong Anies Dipasangkan dengan Andika di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Prabowo Apresiasi Turkiye soal Komitmen Kerja Sama Pertahanan

Prabowo Apresiasi Turkiye soal Komitmen Kerja Sama Pertahanan

Nasional
PSI: Tak Ada Urgensi untuk Amendemen UUD 1945

PSI: Tak Ada Urgensi untuk Amendemen UUD 1945

Nasional
MK Minta Pemilu Ulang di TPS Perusahaan Perkebunan di Riau karena Jumlah Buruh Janggal

MK Minta Pemilu Ulang di TPS Perusahaan Perkebunan di Riau karena Jumlah Buruh Janggal

Nasional
Publik Marah soal Tapera, Basuki: Saya Menyesal, Enggak Nyangka

Publik Marah soal Tapera, Basuki: Saya Menyesal, Enggak Nyangka

Nasional
Soal Motif Penguntitan Jampidsus, Kejagung: Tanyakan ke Polri, Siapa di Belakangnya

Soal Motif Penguntitan Jampidsus, Kejagung: Tanyakan ke Polri, Siapa di Belakangnya

Nasional
KPU Mulai Simulasi E-Coklit untuk Pilkada 2024

KPU Mulai Simulasi E-Coklit untuk Pilkada 2024

Nasional
Gus Yahya Larang Anggota Pakai Identitas NU untuk Kampanye Pilkada

Gus Yahya Larang Anggota Pakai Identitas NU untuk Kampanye Pilkada

Nasional
Respons Bamsoet, Fahri Hamzah Sebut Pembenahan Sistem Politik Tak Bisa Tambal Sulam

Respons Bamsoet, Fahri Hamzah Sebut Pembenahan Sistem Politik Tak Bisa Tambal Sulam

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com