Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terus Ditembaki, Polri Butuh Duit Berapa? Bilang Saja...

Kompas.com - 17/09/2013, 06:31 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Beberapa bulan ini terjadi sejumlah aksi penembakan yang menyasar sejumlah personel kepolisian. Tak ayal, peristiwa ini menjadi semacam teror untuk lembaga penegak hukum yang sedang tertatih-tatih membangun kembali wibawa dan citra positifnya di mata masyarakat.

Banyak spekulasi mengemuka terkait dalang dan motif di balik teror tersebut. Siapa pun aktor di baliknya dan apa pun motifnya, Polri wajib mengungkap dan menuntaskan teka-teki ini agar tak semakin kehilangan muka.

Di tengah kegamangan dan banyaknya pertanyaan yang belum bisa dijawab, Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Ronny Sompie mengeluarkan pernyataan yang klise. Menurut dia, jatuhnya korban jiwa dalam rentetan aksi penembakan itu sangat terkait dengan minimnya anggaran untuk melengkapi peralatan anggota kepolisian yang bertugas di lapangan.

Ronny menuturkan, anggaran rompi antipeluru atau pelindung tubuh dan kepala hanya dialokasikan untuk personel Detasemen Khusus 88. Adapun polisi lalu lintas dan personel polisi lain di lapangan bertugas dengan peralatan seadanya sehingga modalnya adalah banyak-banyak berdoa dan harap-harap cemas bakal selamat.

Membandingkan dengan Singapura...

Kondisi tersebut, menurut Ronny, bagai langit dan bumi dibandingkan jika dengan kondisi di negara tetangga, Singapura. Dia bertutur, di negeri singa itu, polisi lalu lintas saja dilengkapi peralatan yang jauh lebih memadai dibandingkan polisi di Indonesia.

"Pemberdayaan Polri setengah-setengah. Bahkan, saya bisa mengatakan, kami kurang dipedulikan. Sekarang kita semua kaget. Jangan diminta amankan masyarakat, tapi pemberdayaannya kurang," ujar Ronny dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (14/9/2013).

Segendang sepenarian, saat dikonfirmasi, Kepala Polri Jenderal Pol Timur Pradopo tak membantah ada kekurangan anggaran di institusi yang dipimpinnya. Namun begitu, ia mengaku akan memaksimalkan anggaran yang tersedia untuk menutupi kebutuhan operasional Polri.

Dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi III DPR di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (16/9/2013), Timur menyampaikan bahwa rancangan postur anggaran Polri di 2014 mencapai Rp 80 triliun, dengan anggaran minimal sekitar Rp 58 triliun. Namun sementara ini, ujar dia, realiasasi anggaran akan mencapai Rp 41,5 triliun.

Jumlah tersebut, lanjut Timur, belum termasuk anggaran untuk pengamanan pemilihan umum pada tahun depan. "Semua tidak ada yang lebih. Pokoknya dimaksimalkan," tutur Timur.

Perlu berapa sih...

Ketua DPR Marzuki Alie dalam sebuah kesempatan dengan tenang menanggapi keluhan Polri itu. Ia mengatakan, Polri dapat mengusulkan postur anggaran, dan DPR akan memperjuangkan selama rencana pengalokasiannya terpetakan dengan jelas.

Bagi Marzuki, DPR wajib merespons semua usulan permintaan anggaran dari semua kementerian dan lembaga yang menjadi mitra kerjanya. Bagaimanapun, anggaran memadai memang dibutuhkan untuk menopang kebutuhan operasional agar program-program yang digagas dapat terlaksana dengan baik, tepat waktu, dan tentunya harus tepat sasaran.

"Kalau memang anggarannya kurang, ya minta dan ajukan ke DPR. Sepanjang penambahan anggaran bisa dijelaskan, saya kira DPR akan siapkan anggarannya. Ajukan saja. DPR mendukung program yang memang penting, dalam upaya keamanan di masyarakat," ujar Marzuki.

Sementara itu, anggota Komisi III DPR, Nudirman Munir, berpendapat bahwa persoalan anggaran Polri adalah hasil dari kelemahan institusi itu dalam menyusun postur anggaran. Saat RDP bersama Kapolri, Nudirman menyayangkan jebloknya inisiatif Polri dalam mengalokasikan dana untuk melengkapi peralatan personel kepolisian yang bertugas di lapangan, pada postur anggaran yang diajukan.

Politisi Partai Golkar ini mengaku telah sering meminta Polri menyusun anggaran untuk pembelian tameng kejut listrik dan rompi antipeluru. Tujuannya supaya kinerja aparat kepolisian dapat lebih optimal serta tak ada personel polisi yang menjadi bulan-bulanan begundal dan selamat dari sasaran penembakan misterius.

"Coba dipertimbangkan. Ini polisi terdepan, jangan jadi sasaran peluru terus. Tolong Polri pertimbangkan anggarannya dan usulkan ke DPR. Saya sudah sering nyinyir, tapi Polri tak pernah mengajukan ke DPR," ungkap Nudirman.

Bila itu masalahnya, maka soal anggaran semestinya ada di tangan. Namun, anggaran juga adalah alasan klasik sekaligus kambing hitam yang paling gampang diajukan setiap kali ada persoalan.

Pertanyaannya, apakah memang persoalan anggaran semata, atau ada masalah lain yang lebih mendasar di dalam institusi Polri? Kalau benar hanya karena masalah anggaran, ajukan saja ke DPR, dan masyarakat akan menanti hasil berupa kinerja nyata. Perlu dana berapa, Pak Polisi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi dan Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi dan Edukasi Masyarakat

Nasional
Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Nasional
Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Nasional
KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

Nasional
Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Nasional
PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

Nasional
Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Nasional
Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Nasional
KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Pasca-Putusan MK, Zulhas Ajak Semua Pihak Bersatu Wujudkan Indonesia jadi Negara Maju

Pasca-Putusan MK, Zulhas Ajak Semua Pihak Bersatu Wujudkan Indonesia jadi Negara Maju

Nasional
Temui Prabowo di Kertanegara, Waketum Nasdem: Silaturahmi, Tak Ada Pembicaraan Politik

Temui Prabowo di Kertanegara, Waketum Nasdem: Silaturahmi, Tak Ada Pembicaraan Politik

Nasional
Momen Lebaran, Dompet Dhuafa dan Duha Muslimwear Bagikan Kado untuk Anak Yatim dan Duafa

Momen Lebaran, Dompet Dhuafa dan Duha Muslimwear Bagikan Kado untuk Anak Yatim dan Duafa

Nasional
Deputi KPK Minta Prabowo-Gibran Tak Berikan Nama Calon Menteri untuk 'Distabilo' seperti Era Awal Jokowi

Deputi KPK Minta Prabowo-Gibran Tak Berikan Nama Calon Menteri untuk "Distabilo" seperti Era Awal Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com